Bisnis.com, JAKARTA - PT PLN Indonesia Power (PLN IP), subholding PT PLN (Persero), berkomitmen mempercepat realisasi energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia.
Direktur Utama PLN Indonesia Power Edwin Nugraha Putra menjelaskan bahwa perseroan mendukung inisiatif net zero emission dari sisi pemenuhan kebutuhan listrik sebagai penunjang pertumbuhan ekonomi Tanah Air ke depan.
"Sampai 35 tahun dari sekarang, beban akan sangat tinggi, jadi kami perlu melihat energi baru terbarukan yang mungkin tersedia di Indonesia," ujar Edwin dalam keterangannya di forum Asia Pacific Energy Talks baru-baru ini, dikutip Rabu (8/5/2024).
Dalam agenda tahunan yang digelar oleh Siemens Energy, Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia (MKI), dan para pemangku kepentingan di negara-negara Asia Pasifik itu, Edwin mengungkap bahwa memikirkan pemenuhan listrik untuk masa yang akan datang merupakan keniscayaan.
Oleh karena itu, PLN IP pun telah meyiapkan berbagai strategi pengembangan EBT untuk memenuhi kebutuhan listrik 35 tahun ke depan. Sebagai langkah awal, PLN Indonesia Power pun telah merancang strategi pengembangan EBT melalui proyek Hijaunesia 2023 dalam mencapai target-target inisiatif net zero emission.
Proyek Hijaunesia 2023 PLN IP utamanya memprioritaskan pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) melalui skema strategic partnership.
Baca Juga
"Melalui inisiatif ini kita genjot pengembangan EBT yang telah tercantum dalam RUPTL 2021 – 2030, dengan kapasitas total mencapai 1.055 MW," kata Edwin.
PLN IP akan mengakselerasi pembangunan PLTS yang ada di lima lokasi dengan total kapasistas 500 megawatt (MW), dengan target proses pembangunan hingga beroperasi komersial atau commercial operation date (COD) lebih cepat dari yang pernah dilakukan.
"Pembangunan pembangkit tersebut dengan proses paralel antara lain pra-seleksi mitra termasuk kontraktor EPC, pemilihan lender, dan proses perizinan," ujarnya.
Edwin menilai bahwa pada prinsipnya menuju net zero emission bukan lah hal yang mudah. PLN selaku induk usaha pun terus berupaya keras untuk membuat solusi strategi energi terbaik untuk transisi energi.
Sebagai contoh, dengan mempertimbangkan berbagai hal, pengembangan EBT yang disiapkan PLN IP saat ini memang belum cocok diterapkan. Dengan begitu penerapannya ke depan seiring dengan perkembangan teknologi sehingga bisa realistis digunakan.
"Saat ini kami sudah mulai mengenalkan EBT hidro, panas bumi, nuklir dan cofiring amonia. Namun, ini belum dapat digunakan sekarang karena akan berdampak pada kenaikan biaya listrik. Jadi kami menunggu kematangan teknologi dan kemudian kami akan menggunakannya untuk menekan emisi karbon," ucap Edwin.