Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bukan Hasil Pemilu, Investor Berisiko Wait and See akibat Konflik Timur Tengah

Tensi geopolitik di global, terutama di Timur Tengah, yang belum lama ini melebar antara Iran dan Israel, perlu diwaspadai risikonya terhadap investasi.
Asap membumbung setelah Israel diduga menyerang bangunan yang dekat dengan kedutaan besar Iran di Damaskus, Suriah, 1 April 2024./Reuters
Asap membumbung setelah Israel diduga menyerang bangunan yang dekat dengan kedutaan besar Iran di Damaskus, Suriah, 1 April 2024./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menyampaikan bahwa kinerja investasi Indonesia berhasil mencatatkan realisasi yang tinggi di tengah ekonomi global yang masih dipenuhi ketidakpastian.

Selain itu, di dalam negeri pun, tahun politik juga memicu sikap wait and see para investor untuk menanamkan modalnya di dalam negeri.

Bahlil mengatakan, realisasi investasi di dalam negeri berhasil mencapai Rp401,5 triliun atau mencapai 24,3% dari target yang ditetapkan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Selain itu, realisasi investasi tersebut meningkat tinggi sebesar 9,8% secara kuartalan atau 22,1% dibandingkan dengan periode yang sama pada 2023.

“Realisasi investasi kita pada kuartal pertama sebesar Rp401,5 triliun, tumbuh 9,8% dibandingkan kuartal IV/2023 dan dibandingkan dengan kuartal pertama 2023 tumbuh 22,1%,” katanya dalam konferensi pers, Senin (29/4/2024).

Meski demikian, Bahlil menyampaikan bahwa tensi geopolitik di global, terutama di Timur Tengah, yang belum lama ini melebar antara Iran dan Israel, perlu diwaspadai ke depan.

Pasalnya, ketidakpastian geopolitik yang akan berdampak pada kenaikan harga minyak dan tekanan pada nilai tukar, tidak hanya mempengaruhi sisi fiskal, tetapi juga mempengaruhi kinerja investasi.

“Itu dampaknya pasti ke persoalan investasi karena biaya produksinya pasti jauh lebih tinggi sehingga mereka berpotensi wait and see,” jelas Bahlil.

Sementara itu, Bahlil mengatakan bahwa dari sisi fiskal, pemerintah menargetkan defisit APBN dapat dijaga di bawah level 3%, sehingga investasi menjadi salah satu instrumen yang didorong pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

Sebagaimana diketahui, pemerintah pada tahun ini menetapkan investasi sebesar Rp1.650 triliun, naik dari target tahun lalu yang sebesar Rp1.400 triliun.

“Target investasi tahun 2024 memang agak tinggi. Karena defisit APBN yang turun jadi di bawah 3%, salah satu strategi bagaimana pertumbuhan ekonomi tetap di atas 5%, sebagian ruang fiskal diisi oleh peningkatan investasi,” tuturnya.

Di sisi lain, Bahlil menyampaikan bahwa hasil Pilpres 2024 akan memberikan kepastian dan mengakhiri wait & see investor untuk kembali mengeksekusi investasinya di Indonesia.

“Seberapa optimis investasi kita bisa terealisasi Rp1.650 triliun? Saya mendoakan Insyaallah stabilitas politik, kepastian hukum bisa kita jaga dan perang Ukraina Rusia, andaikan pun tidak berakhir, jangan melebar,” kata Bahlil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper