Bisnis.com, JAKARTA- Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia (GPFI) mengungkap alasan pengusaha farmasi masih mengandalkan bahan baku obat (BBO) impor, kendati produk subtitusi impor mulai tersedia di dalam negeri.
Direktur Eksekutif GPFI, Elfiano Rizaldi mengatakan produk bahan baku obat yang diproduksi dalam negeri masih lebih mahal jika dibandingkan dengan BBO impor. Adapun, dia menyebut porsi impor BBO saat ini masih di atas 80%.
"Tetapi, bukan berarti kita sudah mempunyai industri bahan baku dalam negeri kemudian kita anggap lebih murah, enggak, malah lebih mahal daripada kita impor bahan bakunya," kata Elfiano kepada Bisnis kemarin.
Dia menegaskan, harga bahan baku obat dari China dan India masih lebih murah jika dibandingkan BBO produksi lokal, meskipun selisih kurs rupiah dengan dolar meningkat 4%-5% dalam periode tertentu.
Pasalnya, pasar BBO China dan India mencakup skala ekonomi yang lebih besar. Alhasil, harga bahan baku dari kedua negara tersebut dipasarkan lebih murah.
"Mereka porduksi skala besar untuk dunia, besar skala ekonominya, jadi harganya bisa jauh lebih murah, dibandingkan kita hanya memproduksinya hanya kebutuhan dalam negeri saja," ujarnya.
Baca Juga
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, saat ini industri bahan baku obat nasional sudah dapat memproduksi 8 dari 10 bahan baku obat yang paling banyak digunakan di Indonesia, yaitu Parasetamol, Omeprazol, Atorvastatin, Clopidogrel, Amlodipin, Candesartan, Bisoprolol, dan Azitromisin.
"Kami tetap sepakat Indonesia bisa memproduksi ketahanan farmasi dengan mempunyai industri bahan baku obat dalam negeri," terangnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) nilai impor farmasi sebesar US$93,4 juta pada Februari 2024 atau turun dari impor pada Januari 2024 sebesar US$102,34 juta.
Sementara itu, sepanjang 2023 impor farmasi mencapai US$1,27 miliar atau naik tipis dari impor periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$1,24 miliar. Sedangkan dari sisi volume impor pada 2023 sebesar 29,5 juta kg turun dari volume impor 2022 sebanyak 35,7 juta kg.