Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Asosiasi Beber Biang Kerok Harga Gula Pasir Makin Mahal

Asosiasi Gula Indonesia (AGI) menjelaskan penyebab harga gula pasir makin mahal.
Pedagang mengemas gula pasir di Pasar Minggu, Jakarta. Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Pedagang mengemas gula pasir di Pasar Minggu, Jakarta. Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Gula Indonesia (AGI) membeberkan penyebab harga gula pasir makin mahal di pasaran.

Tenaga Ahli AGI, Yadi Yusriadi mengatakan kenaikan harga gula pasir saat ini dipicu oleh stok gula yang menipis. Importasi gula yang lambat diperparah oleh produksi dalam negeri yang cenderung stagnan.

Yadi menyebut produksi gula dalam negeri masih di kisaran 2,3 juta ton saat kebutuhan gula konsumsi saat ini sudah mencapai sekitar 3 juta ton. Adapun AGI memproyeksikan produksi gula pada 2024 sekitar 2,1 juta ton. Proyeksi tersebut lebih rendah dari pada produksi pada 2023 sebagai dampak dari El Nino yang menyebabkan protas tebu turun.

"Harga gula yang tinggi juga dipicu oleh harga gula impor yang tinggi," ujar Yadi saat dihubungi, Senin (22/4/2024).

Kondisi pergulaan diperburuk oleh pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat yang saat ini telah tembus Rp16.200. Menurut Yadi, pelemahan nilai tukar itu juga berdampak pada biaya pengapalan gula impor. Akibatnya, biaya logistik hingga harga gula di pasar global yang tinggi menghambat laju pengadaan gula impor.

Di sisi lain, Yadi menilai bahwa langkah pemerintah merelaksasi harga acuan penjualan gula di ritel sudah tepat. Peningkatan harga acuan gula di ritel menjadi Rp17.500 per kilogram dianggap dapat mendorong kenaikan harga gula petani tahun ini di tengah risiko produktivitas yang rendah.

Selain itu, penyesuaian harga acuan itu juga diklaim dapat membuat para importir lebih percaya diri untuk mendatangkan gula impor.

"Kenaikan hrga acuan gula itu juga lebih menjamin importir gula untuk tidak ragu mengimpor karena risiko rugi," jelasnya.

Sebelumnya, stok gula di ritel modern mengalami kelangkaan imbas harga yang terus meroket sejak Ramadan. Berdasarkan pantauan Bisnis.com di sejumlah gerai ritel Alfamart dan Indomaret di kawasan Bogor, stok gula kosong.

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Kementerian Perdagangan (Kemendag) Isy Karim mengatakan kenaikan harga gula dipicu oleh tingginya harga gula di pasar internasional. Di sisi lain, musim giling tebu baru akan berlangsung pada Mei mendatang.

"Harga di luar tinggi," ujar Isy saat ditemui di Kemendag, dikutip Sabtu (20/4/2024). Kendati begitu, Isy mengatakan stok gula secara nasional masih ada sekitar 330.000 ton dan mencukupi untuk kebutuhan 1,5 - 2 bulan ke depan.

Kendati begitu, Isy mengatakan stok gula secara nasional masih ada sekitar 330.000 ton dan mencukupi untuk kebutuhan 1,5 - 2 bulan ke depan. "Jadi cukup lah itu stoknya," ucap Isy.

Adapun pemerintah melalui Badan Pangan Nasional (Bapanas) telah menaikkan harga acuan penjualan gula pasir di ritel menjadi Rp17.500-Rp18.500 per kilogram sejak 5 April 2024. Harga acuan tersebut berlaku hingga 31 Mei 2024.

Bapanas mengatakan, penyesuaian harga gula itu diambil sebagai upaya pemerintah memperlancar stok dan pasokan gula ke ritel-ritel modern seiring harga gula yang terus meroket.

Menyitir Panel Harga Pangan Bapanas, rata-rata harga gula per hari ini secara nasional mencapai Rp18.200 per kilogram. Harga gula hari ini telah naik 26,38% (YoY) dibandingkan harga rata-rata pada April 2023 sebesar Rp14.400 per kilogram.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dwi Rachmawati
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper