Bisnis.com, JAKARTA — Industri pengguna gas belakangan tengah dilema untuk menyerap tambahan kargo-kargo gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG) PT Perusahaan Gas Negara Tbk. atau PGN (PGAS).
Seperti diketahui, PGN berencana untuk menambah pengadaan LNG untuk menambal defisit pasokan gas pipa dari sejumlah lapangan di kawasan Sumatera Bagian Tengah, Sumatera Selatan dan Jawa Bagian Barat.
Ketua Umum Forum Industri Pengguna Gas Bumi (FIPGB) Yustinus Gunawan mengatakan harga LNG relatif lebih mahal ketimbang gas pipa. Apalagi, kuota skema harga gas bumi tertentu (HGBT) lebih kecil daripada kontrak minimum perjanjian jual beli gas (PJBG).
Menurut Yustinus, industri pengguna cenderung terjebak di antara keharusan membayar volume minimum kontrak meskipun realisasi pemakaian lebih kecil dari kontrak minimum atau membayar harga LNG untuk selisih antara kuota skema HGBT dengan realisasi konsumsi.
“Mau tidak mau, industri membayar sesuai realisasi, yaitu skema HGBT dan skema LNG, karena menjaga komitmen terhadap pelanggan dalam negeri dan luar negeri,” kata Yustinus saat dihubungi, Kamis (18/4/2024).
Kendati demikian, kata dia, penambahan LNG menjadi opsi yang efektif saat ini untuk menambal defisit gas pipa di sejumlah kawasan bagian barat.
Baca Juga
“Defisit hulu sewajarnya sangat sedikit, karena volume gas pipa di Kepmen 121/2023 sudah diperhitungkan dengan cermat, termasuk perkiraan penurunan produksi karena bertambahnya usia sumur,” kata dia.
Kepala Pusat Industri, Perdagangan, dan Investasi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Andry Satrio Nugroho berpendapat pemerintah perlu mencari solusi ihwal harga LNG yang saat ini masih terbilang mahal untuk industri dalam negeri.
Menurut Andry, harga LNG mesti bisa ditarik kompetitif dengan harga dagang gas pipa saat ini. Dengan demikian, daya saing serta investasi industri domestik bisa tetap kompetitif dibandingkan dengan beberapa kompetitor negara lainnya.
“Kita berharap bahwa harga gas dari LNG itu se-kompetitif dengan gas pipa,” kata Andry saat dihubungi, Kamis (18/4/2024).
Andry berpendapat persoalan harga LNG nantinya bakal menjadi perhatian investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Dia menyarankan pemerintah segera mencari formula atau intervensi yang terukur untuk menekan harga LNG yang relatif mahal saat ini.
“Tentu investor akan tertarik melihat bahwa harga gas di dalam negeri ini bisa lebih kompetitif,” tuturnya.