Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gara-gara Rusia, Nasib Proyek Kilang Tuban Rp205 Triliun Masih Menggantung

Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan, megaproyek Kilang Tuban yang digarap Pertamina dan mitra asal Rusia, Rosneft masih sulit direalisasikan.
Kilang Pertamina di Tanjung Priok/Bloomberg - Dimas Ardian
Kilang Pertamina di Tanjung Priok/Bloomberg - Dimas Ardian

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif masih terus mengupayakan agar megaproyek Grass Root Refinery (GRR) Tuban dapat berjalan.

Proyek kilang senilai US$13,5 miliar atau setara dengan Rp205,05 triliun itu dikerjakan oleh Pertamina bersama dengan mitra asalRusia, Rosneft Singapore Pte Ltd. Belakangan perusahaan Rusia itu mendapat sanksi dari negara-negara barat menyusul invasi terhadap Ukraina sejak awal 2022 lalu. Sanksi terhadap Rosneft itu menyasar pada akses pendanaan, teknologi, hingga jasa konstruksi kilang.  

Arifin menyampaikan bahwa saat ini kemajuan proyek strategis nasional (PSN) di kawasan Jawa Timur itu masih stagnan karena terganjal sanksi yang menimpa perusahaan Rusia.

“Lagi kita upayakan ni, lagi susah. Susahnya kan Rusia nggak bisa jalan ya, kalau kita jalan ya kita susah,” kata Arifin di Kementerian ESDM dikutip, Minggu (24/3/2023).

Arifin mengatakan bahwa pihaknya terus menjaga agar proyek Kilang ini masih terus berjalan, meski perkembangnya berjalan begitu lambat.

“Sementara bakal kita jaga ya supaya proyek ini bisa terjaga, yang bisa dikerjain,” ujarnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) mengajukan opsi penambahan mitra kerja strategis baru untuk percepatan proyek GRR Tuban kepada Rosneft.   

Direktur Utama PT KPI Taufik Aditiyawarman mengatakan, pengajuan mitra baru itu dilakukan seiring dengan dampak sanksi dunia barat yang mulai terasa untuk penyelesaian keputusan akhir investasi salah satu PSN tersebut.   

“Kami sudah sampaikan ke pihak mereka, apakah kami harus ambil partner lain untuk balance, sudah kami komunikasikan. Kami kan mesti kasih tahu juga ke pihak Rosfneft bahwa karena konflik Ukraina ada implikasi itu,” kata Taufik saat ditemui di sela-sela agenda IPA Convex, BSD Tangerang, Kamis (27/7/2023). 

Dia menuturkan, pengajuan itu sudah disampaikan direksi KPI kepada Rosneft pada April 2023 lalu lewat video conference. Taufik berpendapat penambahan mitra baru mesti dilakukan untuk mengimbangi sanksi yang saat ini diterima Rosneft.     

Kala itu, Taufik mengatakan, final investment decision (FID) GRR Tuban ditarget rampung pada triwulan pertama 2024. Dia menegaskan diskusi lebih lanjut soal FID untuk rencana eksekusi proyek masih tetap berlanjut bersama dengan Rosneft di tengah risiko sanksi saat ini.   

“Kami sekarang masih tahap prakualifikasi lelang untuk mendapatkan harga dari pasar seperti apa untuk engineering, procurement and construction ya, kan itu ada delapan paket,” kata dia.   

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper