Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pejabat The Fed Kompak Ingin Tunggu Data Ekonomi Sebelum Pangkas Suku Bunga

Tiga pejabat The Fed menyatakan bahwa laju penurunan suku bunga acuan akan bergantung pada data ekonomi yang akan datang.
Logo bank central Amerika Serikat atau The Federal Reserve di Washington, Amerika Serikat./ Bloomberg
Logo bank central Amerika Serikat atau The Federal Reserve di Washington, Amerika Serikat./ Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Tiga pejabat bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve (The Fed) menyatakan bahwa laju penurunan suku bunga acuan akan bergantung pada data ekonomi yang akan datang.

Komentar ini memberikan petunjuk bahwa laju menuju penurunan suku bunga akan terlihat berbeda dari siklus penurunan suku bunga yang diperkirakan sebelumnya.

Melansir Bloomberg, Presiden The Fed Boston Susan Collins dan The Fed New York John Williams mengatakan bahwa penurunan suku bunga pertama Fed kemungkinan akan dilakukan akhir tahun ini.

Sementara itu, Presiden The Fed Atlanta Raphael Bostic mengatakan bahwa dia saat ini sedang mempertimbangkan penurunan suku bunga pada musim panas tahun ini. Namun, para pejabat juga memberikan beberapa pandangan mengenai bagaimana the Fed akan mempertimbangkan momentum penurunan suku bunga di masa depan.

"Sehubungan dengan penurunan suku bunga dan kecepatannya, hal ini harus didorong oleh kondisi ekonomi, serta inflasi. Ini tidak akan berdasarkan kalender, dan tidak berdasarkan jadwal tetap yang spesifik, tetapi berfokus pada data," ujar Williams kepada wartawan, dikutip Bloomberg Kamis (29/2/2024).

Para pejabat The Fed telah berulang kali mengatakan bahwa mereka ingin melihat lebih banyak bukti bahwa inflasi berada di jalur penurunan sebelum memangkas suku bunga, terutama mengingat angka indeks harga konsumen (IHK/CPI) yang lebih tinggi dari perkiraan.

Namun, komentar-komentar tersebut mengindikasikan bahwa para pejabat juga akan bergantung pada data ekonomi untuk mendorong laju pemangkasan suku bunga tersebut.

"Kami selalu mengatakan bahwa kami akan bergantung pada data. Data akan menjadi panduan yang memberi tahu kita seberapa banyak atau seberapa cepat atau kapan kita harus benar-benar menggerakkan kebijakan kita,” jelas Bostic.

Di masa lalu, the Fed biasanya menurunkan suku bunga dengan cepat, sering kali sebagai respons terhadap resesi. Namun kali ini, fundamental ekonomi terlihat jauh berbeda.

Belanja konsumen AS masih tinggi meskipun suku bunga naik, sedangkan tingkat pengangguran tetap berada di level terendah dalam sejarah yaitu 3,7%. Angka tersebut hampir sama dengan ketika bank sentral mulai menaikkan suku bunga pada Maret 2022.

Meskipun para pejabat The fed termasuk Bostic telah memperkirakan inflasi akan terus turun ke target 2%, mereka memperkirakan akan ada fluktuasi setiap bulannya.

Para pejabat akan mendapatkan gambaran terbaru mengenai inflasi pada hari Kamis dengan dirilisnya indikator inflasi preferensi The Fed, yakni indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) utama dan inti.

"Saya masih melihat tanda-tanda yang menunjukkan bahwa ini tidak akan menjadi perjalanan yang cepat menuju 2%," pungkas Bostic.

Para pembuat kebijakan bank sentral AS akan bertemu dalam rapat FOMC pada 19-20 Maret 2024 mendatang dan diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan mereka di kisaran 5,25% - 5,5%.

Pasar berjangka memperhitungkan kemungkinan penurunan suku bunga di bulan Juni, dengan hampir tidak ada peluang untuk penurunan di bulan depan.

Para pejabat Fed memperkirakan tiga kali penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) untuk tahun 2024 dalam proyeksi terakhir mereka pada Desember 2023, perkiraan yang menurut Williams masih merupakan titik awal yang masuk akal untuk penurunan suku bunga tahun ini.

Collins mengatakan kemungkinan akan menjadi tepat untuk mulai melonggarkan kebijakan akhir tahun ini.

"Ketika hal ini terjadi, pendekatan ke depan untuk menurunkan suku bunga secara bertahap akan memberikan fleksibilitas yang diperlukan untuk mengelola risiko, sambil mendorong harga yang stabil dan lapangan kerja yang maksimal," ujarnya.

Collins juga mengatakan bahwa beberapa perlambatan lebih lanjut dalam inflasi kemungkinan akan membutuhkan perlambatan lebih lanjut dari aktivitas ekonomi.

"Namun ada ketidakpastian yang cukup besar mengenai kapan, dan seberapa besar, aktivitas kemungkinan akan melambat," pungkasnya, seraya mengutip pertumbuhan lapangan kerja yang kuat pada Januari dan angka IHK untuk bulan tersebut yang berada di level yang tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper