Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kementerian ESDM: Ada Kemungkinan Harga Minyak Mentah Rebound

Kementerian ESDM mencermati kemungkinan harga minyak mentah rebound seiring dengan intensitas konflik di Timur Tengah.
Harga minyak mentah Indonesia./JIBI
Harga minyak mentah Indonesia./JIBI

Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah mencermati kemungkinan rebound harga minyak mentah dunia yang ikut mengerek harga bahan bakar minyak (BBM) non subsidi di dalam negeri.

Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Tutuka Ariadji beralasan intensitas konflik di Timur Tengah masih menguat hingga saat ini.

Situasi itu, kata Tutuka, ikut menganggu logistik pengiriman minyak dari kawasan tersebut.

“Kalau saya cermati harga minyak naik lagi kayaknya mau ke sana [harga BBM non subsidi naik], karena intensitas Timur Tengah masih tinggi,” kata Tutuka saat ditemui di Jakarta, Selasa (20/2/2024).

Dia mengatakan kementeriannya tengah mengantisipasi kemungkinan kenaikan harga BBM komersial di tengah masyarakat awal tahun ini.

“Jadi memang perlu dicermati, saya setuju karena harga minyak cenderung naik terus,” kata dia.

Seperti diberitakan sebelumnya, harga minyak saat ini berada dalam tren pelemahan seiring Badan Energi Internasional (EIA) yang menyebut pasar minyak bisa mengalami surplus sepanjang tahun ini karena melemahnya pertumbuhan permintaan global.

Berdasarkan data Bloomberg, Jumat (16/2/2024), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak Maret 2024 melemah -0,37% atau -0,29 poin menjadi US$77,74 per barel pada pukul 16.04 WIB. Sementara itu, harga minyak Brent kontrak April 2024 juga melemah -0,48% atau -0,40 poin ke US$82,46 per barel.

Harga minyak mentah brent telah diperdagangkan di bawah US$83 per barel setelah naik sebesar 1,5% pada Kamis (15/2/2024). Minyak mentah WTI juga mendekati US$78, yakni mendekati harga penutupan tertinggi sejak pertengahan November 2023.

Adapun, kenaikan harga minyak terjadi karena pasar saham Amerika Serikat (AS) ditutup dengan rekor tertinggi. Pelemahan dolar juga membuat komoditas lebih menarik bagi para pembeli luar negeri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper