Bisnis.com, JAKARTA -- Konglomerasi dengan bisnis utama bir, San Miguel Corp menjadi penawar terunggul dalam pengelolaan bandara oleh swasta di Filipina.
Kelompok bisnis terbesar di Filipina itu menawarkan 82,2% menjadi bagian pemerintah jika perusahaan menjadi operator bandara utama di negara itu.
Dalam proses penawaran yang disiarkan langsung di halaman Facebook Departemen Perhubungan Filipina yang dipantau Bloomberg, tawaran San Miguel Corp. melalui sayap bisnisnya SMC SAP & Company Consortium jauh di atas 2 pesaingnya.
Konsorsium Bandara GMR, yang terdiri dari GMR Airports International B.V., House of Investments Inc. dan Cavitex Holdings Inc., menawarkan bagi hasil 33,3% untuk pemerintah.
Sedangkan konsorsium Bandara Internasional Manila menawarkan 25,9% saham. Grup ini mencakup konglomerat terkemuka asal Filipina, Aboitiz Equity Ventures Inc., Alliance Global Group Inc., Ayala Corp., Filinvest Development Corp., JG Summit Holdings Inc., dan Emerging Dragon Corp di Asia.
Konsorsium Bandara Asia yang beranggotakan Cosco Capital Inc. dan PT Angkasa Pura II Indonesia, yang sebelumnya mengajukan penawaran, tidak termasuk dalam daftar yang lolos tinjauan teknis.
Baca Juga
Revitalisasi bandara di Filipina ini merupakan proyek senilai 170,6 miliar peso (US$3,05 miliar). Dengan pekerjaan meningkatkan dan mengoperasikan Bandara Internasional Ninoy Aquino.
Proyek peningkatan bandara Manila ini menargetkan memperbesar kapasitas penumpang tahunan hampir dua kali lipat menjadi 62 juta. Pemerintah menawarkan kontrak konsesi 15 tahun yang dapat diperpanjang 10 tahun berikutnya. Bandara Manila menangani 48 juta penumpang pada tahun 2019 sebelum pandemi, jauh melebihi kapasitasnya yang berjumlah 33,2 juta.
Wakil Menteri Transportasi Timothy John Batan mengatakan semua tawaran nantinya masih perlu ditinjau. Dia mengatakan pemenang lelang akan diumumkan minggu depan sambil menunggu penyelesaian sanggahan antar peserta lelang.
Presiden San Miguel Ramon Ang mengatakan perusahaannya siap untuk mengambil proyek yang berpotensi disinergikan dengan bandara yang tengah dikembangkan perusahaan senilai 740 miliar peso di provinsi Bulacan, utara Manila.
"Perusahaan hendak menciptakan jaringan bandara terintegrasi yang meningkatkan Filipina sebagai pusat utama pariwisata, bisnis, dan investasi di kawasan ini,” kata Ang dalam sebuah pernyataan.