Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pelambatan Ekonomi China hingga Bunga The Fed Masih Bayangi RI Tahun Ini

Beberapa risiko perekonomian Indonesia pada 2024 saat perekonomian global abu-abu di antaranya pelambatan ekonomi China dan suku bunga The Fed.
Suasana jalanan di kota Beijing China/ Bloomberg
Suasana jalanan di kota Beijing China/ Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyebutkan beberapa risiko ekonomi Indonesia pada tahun ini, yang kini dilanda dengan perekonomian global yang sedang tak pasti. 

Josua dalam Indonesia Economic Review 2023 pada Rabu (7/2/2024) menuturkan bahwa terdapat tiga risiko yang dihadapi Indonesia pada tahun ini, utamanya berdasarkan faktor geopolitik dan perekonomian negara-negara utama di dunia. 

Pertamaadalah risiko dari pertumbuhan ekonomi Negeri Tirai Bambu. Dia menuturkan bahwa pertumbuhan ekonomi China diproyeksikan akan mengalami perlambatan pada tahun ini dan lebih rendah dibandingkan dengan tahun lalu. 

“Karena ada beberapa faktor yang mempengaruhinya terutama adalah krisis di real estate ataupun properti di China yang seperti kita tahu ini sudah dalam beberapa kuartal  terakhir ini mempengaruhi pertumbuhan yang melambat di ekonomi China sendiri,” terang Josua. 

Menimbang hal ini, menurutnya perlu untuk melakukan mitigasi dan mencermati pertumbuhan ekonomi China, bukan hanya dampaknya pada pertumbuhan global namun juga dampaknya langsung pada pertumbuhan ekonomi Indonesia. 

Adapun, lebih dari 20% ekspor di Indonesia ditujukan ke China. Dengan adanya perlambatan di negara dengan perekonomian terbesar kedua itu akan mempengaruhi perkembangan harga komoditas global, termasuk seperti komoditas batu bara, kelapa sawit dan komoditas lainnya. 

Kemudian, keduaadalah terkait mengenai kondisi higher for longer khususnya berkaitan dengan arah suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS). Arah suku bunga Federal Reserve (The Fed) diperkirakan masih bertahan di level yang tinggi pada saat ini, yakni di kisaran 5,5% yang diperkirakan tetap bertahan sampai semester I/2024.

“Kalau kita melihat perkembangan data-data ekonomi AS di tahun lalu sebenarnya secara umum masih cukup baik meskipun menunjukan tren inflasi yang menurun. Namun beberapa data lainnya, misalkan data tenaga kerja, pasar tenaga kerja di AS masih relatif ketat,” jelasnya. 

Menurutnya, hal tersebut terefleksi dari pernyataan dari para pejabat The Fed dan keputusan di  Federal Open Market Committee (FOMC) terakhir, yang mengatakan masih menunggu waktu yang tepat dan diperkirakan akan memulai memangkas suku bunganya pada semester II/2024. 

Ketigaadalah berkaitan mengenai geopolitik yakni antara Rusia-Ukraina yang kini juga berkembang di Timur Tengah, yakni Israel-Hamas.

Josua mengatakan bahwa dampak dari geopolitik sudah terlihat dan mempengaruhi pasar keuangan, khususnya safe haven asset termasuk dolar AS, yang diproyeksi memiliki kecenderungan untuk menguat.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper