Bisnis.com, JAKARTA — Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo menargetkan harga akuisisi 14% saham asing PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dapat disepakati dalam waktu dekat.
Saat ini, kata pria yang akrab disapa Tiko itu, kementeriannya masih bernegosiasi soal besaran harga sisa kewajiban divestasi Vale itu bersama dengan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif dan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenkomarves) Luhut Binsar Pandjaitan.
“Vale hari ini kita negosiasi dengan Menteri ESDM dan Menko Marves. Harusnya dalam seminggu ini kita akan sepakati harga saja,” kata Tiko saat ditemui di Jakarta, Rabu (7/2/2024).
Kementerian BUMN ingin sisa kewajiban divestasi 14% saham INCO sebagai syarat perpanjangan konsesi tambang selepas Desember 2025 dilepas murah ke holding tambang pelat merah atau MIND ID nantinya. Kementerian badan usaha negara itu menolak harga pasar atau premium yang ditawarkan INCO.
“Ya tidak bisa [harga premium], kalau begitu kita akan relinquish [ciutkan] sebagian [lahan] punya mereka yang tidak sesuai komitmen,” kata Menteri BUMN Erick Thohir saat ditemui di Kementerian ESDM, Selasa (21/11/2023).
Erick menggarisbawahi INCO masih memiliki sejumlah komitmen yang belum terlaksana dalam kontrak karya (KK) hasil amandemen 17 Oktober 2014.
Baca Juga
Misalkan, berdasarkan catatan MIND ID, INCO dianggap gagal untuk meningkatkan produksi nickel matte 25% pada proyek Sorowako dari rata-rata produksi aktual 2009-2013 belum terlaksana hingga saat ini.
Lewat KK amandemen 2014, INCO saat itu berkomitmen untuk berinvestasi pada pembangunan kapasitas dryer & klin untuk meningkatkan rata-rata produksi pada blok tersebut.
Hanya saja belakangan, lewat pengajuan perpanjangan menjadi izin usaha pertambangan khusus (IUPK), INCO mengganti komitmen itu menjadi pembangunan pabrik high pressure acid leaching (HPAL) kapasitas produksi kurang lebih 60.000 mixed hydroxide precipitate (MHP).
Pergeseran fokus investasi pada proyek Sorowako itu sudah disampaikan INCO kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif sebagai tahapan konversi KK INCO menjadi IUPK. Arifin menyetujui proposal itu lewat pengesahan rencana pengembangan seluruh wilayah (RPSW) pada 10 April 2023. INCO diketahui resmi mengajukan permohonan IUPK ke Kementerian ESDM pada 17 April 2023.
“Apa yang dilakukan Vale sangat positif, ada Volkswagen, Ford, tapi kan ada komitmen jangka mereka yang belum deliver waktu itu, kalau itu jadi bagian mereka meng-check-up mereka punya valuasi yang tidak fair,” kata Erick.
Selain itu, terdapat dua komitmen investasi INCO pada amandemen KK 2014 yang belakangan berubah di ujung masa konsesi. INCO mengubah usulan pengembangan fasilitas HPAL dengan Sumito pada kapasitas produksi sekitar 15.000 ton mixed sulphide precipitate (MSP).
INCO belakangan berencana membangun fasilitas HPAL bersama dengan Huayou pada kapasitas produksi sekitar 120.000 mixed hydroxide precipitate. MIND ID belakangan mengganggap usulan pengembangan proyek Bahodopi pada KK 2014 juga tidak menunjukkan kemajuan signifikan dari sisi keekonomian dan kelayakan bisnis.
Seperti diberitakan sebelumnya, aksi divestasi 14% saham INCO kepada MIND ID ditargetkan rampung pada 2024. Setelah itu, MIND ID akan mengenggam saham mayoritas INCO dengan kepemilikan saham 34%.
Dalam keterangan resmi INCO, transaksi pelepasan 14% saham ke MIND ID diharapkan selesai pada tahun 2024 dengan tergantung pada kondisi penutupan yang lazim.
Sementara itu, Vale Canada Limited selaku anak usaha Vale Base Metals Limited akan menggenggam sekitar 33,9% saham, sedangkan Sumitomo Metal Mining Co., Ltd sekitar 11,5%.
Saat ini, Vale Canada Limited sebagai pengendali Vale Indonesia menggenggam 4,35 miliar (4.351.403.820) saham atau setara 43,79%. Kemudian Sumitomo Metal Mining Co., Ltd memiliki 1,49 miliar (1.493.267.745) saham atau setara 15,03%.
Kepemilikan saham MIND ID pun saat ini tercatat sebanyak 1,98 miliar (1.987.267.745) saham atau setara 20%, sedangkan kepemilikan publik mencapai 2,02 miliar (2.024.694.780) saham atau setara 20,38%.
Chief Executive Officer Vale Base Metals Limited dan Presiden Komisaris PT Vale Deshnee Naidoo mengatakan, perjanjian ini merupakan langkah signifikan guna memenuhi kewajiban divestasi di Indonesia.
Saat ini, Vale Indonesia memiliki proyek senilai US$8,6 miliar atau setara Rp133,3 triliun (kurs jisdor Rp15.504,00) di Bahodopi, Sorowako, dan Pomalaa. Secara global pertumbuhan produksi nikel Vale Base Metals Limited berpotensi meningkat lebih dari 300 kt/tahun dari sekitar 175 kt/tahun saat ini.
“Perjanjian ini memperkuat komitmen kami untuk memajukan industri nikel Indonesia secara berkelanjutan, berdasarkan sejarah operasi kami selama 55 tahun di negara ini,” ujarnya dalam keterangan tertulis dikutip Sabtu (18/11/2023).