Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jokowi, Mimpi Pertumbuhan Ekonomi 7%, dan Target yang Meleset

Pertumbuhan ekonomi Indonesia di era kepemimpinan Presiden Jokowi selalu meleset dan tak pernah capai target. Pertumbuhan ekonomi 7% hanya jadi mimpi.
Presiden RI Joko Widodo (Jokowi). Dok Biro Pers Sekretariat Presiden RI
Presiden RI Joko Widodo (Jokowi). Dok Biro Pers Sekretariat Presiden RI

Bisnis.com, JAKARTA – Jauh panggang dari api. Peribahasa tersebut nampaknya paling pas untuk menggambarkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di era kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) selama hampir satu dekade. 

Pada 2014, ketika dia maju sebagai Calon Presiden bersama Jusuf Kalla, Jokowi mengumbar janji bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat tumbuh di atas 7 persen, dengan catatan terdapat perombakan iklim investasi dan peningkatan ekspor.

Sembilan tahun duduk di kursi Istana, janji Jokowi tak kunjung terealisasi. Ekonomi Indonesia stagnan di angka 5% selama hampir satu dekade. Mimpi Jokowi agar ekonomi meroket di atas 7% hanya berakhir menjadi angan-angan belaka? 

Kenyataannya, Badan Pusat Statistik (BPS) telah mengumumkan data pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk periode 2023 tumbuh sebesar 5,05% pada 2023. 

Untuk diketahui, pertumbuhan ekonomi sepanjang 2023 pun meleset dari target pemerintah yang ditetapkan dalam APBN tahun anggaran 2023, yaitu sebesar 5,3%.

Pertumbuhan ekonomi tahun lalu juga melambat atau lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada 2022 (year-on-year/yoy) yang mencapai 5,31%.

Jika melihat data historis pertumbuhan ekonomi di era pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) atau 2014-2023, realisasi pertumbuhan ekonomi hampir selalu meleset dari target yang ditentukan.

Pertumbuhan ekonomi pada 2018 di periode pertama pemerintahan Jokowi tercatat sebesar 5,17%, lebih tinggi dari proyeksi sebesar 5,1%.

Mengawali pemerintahannya di periode pertama, pertumbuhan ekonomi terealisasi pada level 5,04%, di bawah proyeksi pemerintah di 5,4%.

Pada 2016 dan 2017, realisasi angka pertumbuhan ekonomi juga berada di bawah proyeksi, yaitu masing-masingnya mencapai 5,02% dan 5,19%, dengan proyeksi masing-masing 5,1% dan 5,3%.

Pemerintahan Jokowi pada periode kedua juga sulit mengejar pertumbuhan ekonomi sesuai dengan target, apalagi dengan adanya pandemi Covid-19 yang berdampak sangat besar bagi perekonomian Tanah Air.

Situasi pandemi Covid-19 menyebabkan aktivitas perekonomian harus terhenti. Hal ini guna meredam penyebaran Covid-19. Pada 2020, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 5,3%.

Namun demikian, konsekuensi dari pandemi Covid-19, ekonomi Indonesia mengalami kontraksi, turun -2,07% dan merupakan level terendah sejak 1998 saat krisis moneter terjadi. 

Perekonomian Indonesia perlahan pulih dengan pertumbuhan sebesar 3,69% pada 2021, tapi masih jauh di bawah target 5,5%. Pertumbuhan pada 2022 dan 2023 di mana ekonomi Indonesia sudah mulai pulih pun belum mampu terkerek sesuai dengan proyeksi pemerintah.

Biang Kerok Perlambatan Ekonomi

Plt. Kepala Badan Pusat Statistik Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan perlambatan ekonomi Indonesia pada 2024 lebih disebabkan oleh faktor perlambatan ekonomi global dan El Nino yang berkepanjangan.

“Perlambatan ekonomi RI tidak banyak jika dibandingkan dengan tahun lalu, salah satunya didorong perlambatan ekonomi global dan fenomena El Nino yang berdampak pada pertumbuhan lapangan usaha pertanian," katanya.

Namun demikian, menurut Amalia, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 tetap solid meski ada tantangan pelemahan ekonomi global dan turunnya harga komoditas unggulan Indonesia.

Dari sisi lapangan usaha, penopang utama pertumbuhan ekonomi pada 2023 yaitu berasal dari sektor industri pengolahan, perdagangan, pertanian, pertambangan, dan konstruksi.

Sementara berdasarkan pengeluaran, konsumsi rumah tangga dan pembentukan modal tetap bruto (PMTB) masih menjadi penyumbang utama PDB pada periode tersebut.

Meski meleset dari target, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan bahwa capaian pertumbuhan ekonomi pada 2023 lebih tinggi dari perkiraan sejumlah ekonom bahkan lembaga internasional.  

Perkembangan ekonomi pada periode ini, jelas dia, lebih dipengaruhi oleh konsumsi rumah tangga yang tumbuh sebesar 4,82% dan menyumbang 2,55% terhadap pertumbuhan secara umum.  

Akan tetapi, menurutnya konsumsi rumah tangga masih tetap terjaga, juga kinerja investasi di tengah situasi eksternal yang penuh ketidakpastian. Ini sejalan dengan kebijakan pemerintah yang menstimulasi ekonomi pada kuartal IV/2023. 

“Penebalan bansos untuk mitigasi El Nino menjaga daya beli serta akselerasi dari penyaluran KUR,” tutur Airlangga. 

Airlangga optimistis pertumbuhan ekonomi pada 2024 akan menguat dan bisa mencapai target yang telah ditetapkan pemerintah sebesar 5,2%.

Sumber: BPS
Sumber: BPS

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Halaman
  1. 1
  2. 2
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper