Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jokowi, Mimpi Pertumbuhan Ekonomi 7%, dan Target yang Meleset

Pertumbuhan ekonomi Indonesia di era kepemimpinan Presiden Jokowi selalu meleset dan tak pernah capai target. Pertumbuhan ekonomi 7% hanya jadi mimpi.
Presiden RI Joko Widodo (Jokowi). Dok Biro Pers Sekretariat Presiden RI
Presiden RI Joko Widodo (Jokowi). Dok Biro Pers Sekretariat Presiden RI

Catatan Satu Dekade Pencapaian Ekonomi Jokowi

Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky menyampaikan bahwa pertumbuhan di era pemerintahan Jokowi relatif lebih rendah dibandingkan dengan pemerintahan sebelumnya.

Dia menyampaikan, rata-rata pertumbuhan PDB selama masa pemerintahan Jokowi adalah sekitar 5,03% pada periode pertama dan 5,18% pada periode kedua, tidak termasuk periode Covid-19.

Di sisi lain, menurut Riefky, keberhasilan Jokowi meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada periode kedua adalah tugas yang tidak mudah mengingat sebagian besar periode tersebut dihabiskan untuk mengatasi pandemi Covid-19 dan dampaknya. 

Sementara itu, jika melihat rasio output terhadap tenaga kerja sebagai pendekatan dari produktivitas, dia menilai pemerintahan Jokowi relatif memiliki kinerja yang belum cukup baik.

“Periode pertama pemerintahan Jokowi menandai peningkatan produktivitas tenaga kerja paling lambat dibandingkan dengan empat masa jabatan presiden lainnya sejak 2000,” jelasnya.

Indonesia pun disebutkan secara konsisten menunjukkan tanda-tanda deindustrialisasi dini. Tercatat, sepanjang era pemerintahan Megawati hingga Jokowi, sektor manufaktur di Indonesia secara konsisten menyusut dan tumbuh di bawah tingkat pertumbuhan PDB nasional. 

Akibatnya, pemerintahan periode kedua Jokowi mencatatkan rata-rata terendah untuk porsi sektor manufaktur terhadap PDB. 

Riefky melanjutkan, indikator lain dari deindustrialisasi di Indonesia dapat dilihat dari seberapa terintegrasi produk Indonesia dalam rantai nilai global. Sayangnya, capaian partisipasi Indonesia dalam forward maupun backward GVC pada era Jokowi lebih rendah dari era pemerintahan sebelumnya.

“Partisipasi GVC yang lebih rendah memberikan indikasi lebih lanjut bahwa proses industrialisasi semakin memburuk selama era Presiden Jokowi dan produk domestik relatif lebih terisolasi dari perdagangan internasional,” tuturnya.

Jokowi, Mimpi Pertumbuhan Ekonomi 7%, dan Target yang Meleset

Tantangan 2024 

Riefky melanjutkan, tantangan yang dihadapi pemerintah memasuki 2024 tak mudah, mulai dari risiko global yang lebih tinggi melalui harga komoditas, kenaikan biaya logistik, dan melemahnya permintaan global, serta pertumbuhan ekonomi mitra dagang dapat menimbulkan beberapa risiko pertumbuhan bagi Indonesia. 

“Tingkat ketidakpastian yang tinggi, baik dari dalam maupun luar negeri, diantisipasi akan terjadi sepanjang 2024,” katanya.

Dia menilai, adanya potensi penurunan suku bunga oleh the Fed, bank sentral Amerika Serikat, melemahnya permintaan global, dan berlangsungnya Pemilihan Umum di 76 negara, termasuk Indonesia, dapat mengubah peta perekonomian global dengan ketidakpastian tinggi. 

Sementara di dalam negeri, Indonesia akan menghadapi periode transisi pemerintahan menyusul akan diselenggarakannya Pemilu serentak pertama kalinya dari tingkat nasional hingga kabupaten/kota. 

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 masih akan ditopang oleh permintaan domestik. 

Pada semester pertama 2024, menurutnya perlu diantisipasi berbagai tantangan yang dapat muncul dari faktor internal dan eksternal.

Di dalam negeri, tantangan tersebut diantaranya peningkatan inflasi pangan akibat El Nino, yang berpotensi berdampak pada konsumsi rumah tangga. 

Ketidakpastian terkait pemilihan umum 2024 juga dapat menyebabkan strategi "wait and see" investor, yang mempengaruhi pembentukan modal tetap bruto.

“Risiko perlambatan kinerja ekspor akibat perlambatan ekonomi global juga menjadi perhatian. Meskipun demikian, peluang pertumbuhan tetap ada, termasuk peningkatan belanja pemerintah terkait dengan pemilihan umum 2024 dan percepatan Proyek Strategis Nasional,” tuturnya.

Lebih lanjut, memasuki semester kedua 2024, dengan selesainya pemilihan umum dan potensi penurunan suku bunga kebijakan global, Josua berpandangan bahwa tekanan eksternal akan berkurang secara bertahap. 

Hal ini akan memacu investasi langsung dan arus modal masuk dan meningkat. Pertumbuhan ekonomi sepanjang 2024 juga kata Josua akan didukung oleh kebijakan fiskal dan moneter yang cenderung pro-pertumbuhan. 

Dia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 akan mencapai 5,07%, di bawah target pemerintah 5,2%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Halaman
  1. 1
  2. 2
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper