Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tingkat Inflasi Tahunan Januari 2024 Diproyeksi Capai 2,56%, Berikut Faktor Pendorongnya

Inflasi inti diperkirakan akan menurun dari 1,80% yoy pada Desember 2023 menjadi 1,73% yoy pada Januari 2024.
Pedagang menata barang dagangannya di salah satu pasar di Jakarta. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pedagang menata barang dagangannya di salah satu pasar di Jakarta. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA –– Laju inflasi di dalam negeri diperkirakan sedikit melandai pada Januari 2024, dibandingkan dengan posisi pada akhir 2023.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan inflasi pada Januari 2024 mencapai 0,29% secara bulanan (month-to-month/mtm), lebih rendah dari 0,41% mtm pada Desember 2023.

Penurunan tersebut, kata Josua, terutama disebabkan oleh normalisasi permintaan pasca liburan natal dan tahun baru, juga penurunan inflasi bahan makanan.

“Penurunan inflasi bahan makanan didorong oleh deflasi harga cabai merah dan cabai rawit, seiring dengan panen yang terjadi di beberapa daerah. Sementara harga pangan tertentu, seperti daging ayam ras, bawang merah, dan beras, masih mengalami inflasi,” katanya kepada Bisnis, Rabu (31/1/2024).

Secara tahunan, Josua memperkirakan inflasi pada Januari 2024 mencapai 2,56% (year-on-year/yoy), juga turun tipis dari Desember 2023 sebesar 2,61% yoy.

Perkembangan ini menurutnya dipengaruhi oleh laju inflasi harga bergejolak atau volatile food, terutama pada harga pangan.

Sejalan dengan itu, Josua memperkirakan inflasi inti akan menurun dari 1,80% yoy pada Desember 2023 menjadi 1,73% yoy pada Januari 2024. 

“Namun, secara bulanan, inflasi diperkirakan meningkat dari 0,14% mtm ke 0,27% mtm, terutama didorong oleh kenaikan harga sewa dan kontrak rumah, serta gaji asisten rumah tangga,” jelasnya.

Dia menambahkan, inflasi pada 2024 akan tetap terjaga dalam kisaran target sebesar 1,5-3,5%. Di sisi lain, Josua berpendapat bahwa kami dampak dari El Nino yang berkepanjangan hingga April 2024 dan penerapan cukai plastik dan minuman kemasan berpemanis perlu diwaspadai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper