Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pangan Nasional (Bapanas) angkat bicara soal usulan Kantor Staf Presiden (KSP) untuk mengkaji penyesuaian harga eceran tertinggi (HET) beras.
Deputi I Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Bapanas I Gusti Ketut Astawa mengatakan, untuk penyesuaian HET beras diperlukan kajian yang memadai. Namun, sampai saat ini pihaknya belum berencana untuk melakukan pertemuan dengan KSP membahas soal penyesuaian HET beras.
"Belum [pembahasan] kan belum ada rencana untuk ubah HET," ujar Ketut saat dihubungi, Selasa (30/1/2024).
Menurutnya, HET beras saat ini masih sesuai untuk diterapkan apabila produksi melimpah. Dia menyebut, HET berfungsi sebagai baseline harga.
Bapanas dalam Perbadan No.7/2023 menetapkan HET beras kualitas medium di kisaran Rp10.900-Rp11.800 per kilogram dan Rp13.900-Rp14.800 per kilogram untuk beras kualitas premium.
Menaikkan HET, kata Ketut, berisiko mengerek harga beras menjadi lebih tinggi. Oleh karena itu, alih-alih menaikkan HET beras, Ketut lebih condong pada solusi peningkatan produksi beras nasional.
Baca Juga
"Kita mestinya mengejar peningkatan produksi padi sekaligus peningkatan produktivitasnya," tutur Ketut.
Sementara itu, Ketua Umum Komunitas Industri Beras Rakyat (Kibar) Syaiful Bahari menilai usulan kenaikan HET beras dari KSP menunjukkan kepanikan pemerintah karena gagal mengendalikan harga beras yang melambung tinggi.
"Kalau pemerintah dalam hal ini KSP mengusulkan penyesuaian HET beras, berarti 'melegalkan' kenaikan beras agar menutupi kegagalan dalam defisit dan kenaikan beras," kata Syaiful.
Dia menegaskan bahwa aturan HET beras saat ini sudah tidak relevan di lapangan. Sebab harga gabah maupun beras sudah jauh melampaui HET yang ditetapkan pemerintah.
Syaful menyebut, harga gabah di petani saat ini di sejumlah daerah berkisar Rp7.500 - Rp7.800 per kilogram, sedangkan harga beras premium telah mencapai level Rp16.500 - Rp17.000 per kilogram.
"Harga beras tetap naik, [beras] medium sudah Rp15.000 [per kilogram]. Bahkan, yang broken [beras patah] 40% di pabrik dijual Rp14.000 [per kilogram]," ungkapnya.
Sebelumnya, Deputi III Bidang Perekonomian KSP Edy Priyono menduga harga beras yang tidak kunjung turun dalam jangka panjang ini terjadi lantaran adanya keseimbangan harga baru. Sebab, meskipun saat ini harga beras cenderung stabil, tapi masih jauh di atas HET yang ditetapkan.
"Bapanas, Kementan, BPS kita harus duduk bersama, jangan-jangan memang sudah ada harga baru gitu ya karena struktur biayanya sudah berubah," ujar Edy dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi, Senin (29/1/2024).
Edy mencatat perubahan harga beras secara bulanan hanya sebesar 0,68%. Namun, persentase absolut selisih harga beras aktual dengan HET mencapai 30,26%.
"Ini kan menunjukkan HET sudah tidak efektif sama sekali," ucapnya.
Adapun, satu indikasi yang nantinya menjadi pertimbangan pemerintah untuk penyesuaian HET, yakni harga beras saat panen raya mendatang. Musababnya, menurut Edy, apabila harga beras tetap tinggi dan tidak kunjung turun saat panen raya, maka fenomena itu menjadi bukti adanya keseimbangan harga beras yang baru.
"Nanti pada waktunya kita harus analisis, itu [HET beras] kita harus bicarakan," kata Edy.