Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produksi Minim Picu Harga Beras Melambung, Ketentuan HET Tak Mempan

Di tengah produktivitas dan lahan yang kian menyempit, membuat harga beras berada pada level tertinggi meskipun jelang masa panen raya.
Aktivitas perdagangan beras di Pasar Induk Cipinang, Kamis (10/8/2023)./ BISNIS - Dwi Rachmawati
Aktivitas perdagangan beras di Pasar Induk Cipinang, Kamis (10/8/2023)./ BISNIS - Dwi Rachmawati

Bisnis.com, JAKARTA - Harga beras diprediksi akan tetap tinggi saat panen raya nanti. Penyesuaian Harga Eceran Tertinggi (HET) beras dianggap bukan solusi.

Ketua Umum Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi (Perpadi) Sutarto Alimoeso memperkirakan harga beras akan sulit untuk turun saat panen raya mendatang. Menurutnya, harga beras untuk jenis premium masih akan di level sekitar Rp15.000 per kilogram meskipun panen raya terjadi.

"Prediksi kami, harganya [beras] akan tetap bertengger tinggi. Sekalipun ada penurunan paling tidak hanya sekitar 5%," ujar Sutarto saat dihubungi, Selasa (30/1/2024).

Dia mengatakan, saat ini harga gabah kering giling (GKG) di penggilingan sudah berada di level Rp8.300 per kilogram. Sutarto pun menyebut produksi gabah pada panen raya kali ini tidak akan setinggi tahun-tahun sebelumnya.

Dia pun menyoroti persoalan utama yang membuat harga beras bertahan cenderung tinggi dalam setahun terakhir. Penyusutan luas panen dan produktivitas padi yang stagnan dianggap jadi biang kerok produksi beras dalam negeri jalan di tempat.

Padahal, kata Sutarto, kebutuhan pangan khususnya beras terus meningkat. Di sisi lain, dia menyebut kapasitas produksi beras justru tidak sebanding dengan kapasitas produksi padi.

Jumlah penggilingan padi disebut terlalu banyak, sementara produksi gabah stagnan. Di sisi lain, pemerintah dianggap juga terus memberikan karpet merah pada industri beras skala besar untuk membangun penggilingan baru, alih-alih merevitalisasi penggiling rakyat yang sudah ada.

"HET bukan menyelesaikan masalah yang terjadi kalau menurut saya," kata Sutarto. 

Sebelumnya, Deputi III Bidang Perekonomian KSP Edy Priyono menduga harga beras yang tidak kunjung turun dalam jangka panjang ini terjadi lantaran adanya keseimbangan harga baru. Sebab, meskipun saat ini harga beras cenderung stabil, tapi masih jauh di atas HET yang ditetapkan.

"Bapanas, Kementan, BPS kita harus duduk bersama, jangan-jangan memang sudah ada harga baru gitu ya karena struktur biayanya sudah berubah," ujar Edy dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi, Senin (29/1/2024).

Edy menyoroti tren harga beras saat ini yang tembus sudah tembus Rp14.000 per kilogram. Padahal pemerintah dalam Peraturan Badan Pangan Nasional (Perbadan) No.7/2023 menetapkan HET beras medium di kisaran Rp10.900 - Rp11.800 per kilogram dan Rp13.900-Rp14.800 per kilogram untuk beras kualitas premium. 

Edy mencatat perubahan harga beras secara bulanan hanya sebesar 0,68%. Namun, persentase absolut selisih harga beras aktual dengan HET mencapai 30,26%.

"Ini kan menunjukkan HET sudah tidak efektif sama sekali," ucapnya. 

Adapun satu indikasi yang nantinya menjadi pertimbangan pemerintah untuk penyesuaian HET yakni harga beras saat panen raya mendatang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dwi Rachmawati
Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper