Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah akan mendorong perluasan negara tujuan ekspor mengantisipasi perlambatan ekonomi yang diperkirakan berlanjut terutama di sejumlah negara mitra dagang utama Indonesia.
Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso menyampaikan bahwa salah satu tantangan yang dihadapi perekonomian Indonesia tahun ini salah satunya masih melemahnya permintaan pasar global, terutama dari negara mitra dagang utama.
Ekonomi China misalnya, meski diperkirakan tumbuh 5% pada 2023, tapi tingkat pertumbuhan tersebut masih lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada periode-periode sebelumnya.
Di sisi lain, pemerintah melihat adanya peluang di sejumlah negara tujuan ekspor non tradisional, di mana ekonomi beberapa kawasan diperkirakan mulai pulih pada tahun ini.
“Kita mulai mencari non tradisional market, kemarin teman-teman tim nasional mengajukan 12 negara tambahan,” katanya dalam acara Economic Outlook 2024, Kamis (25/1/2024).
Susiwijono mengatakan, pemerintah mulai membidik negara-negara di kawasan Amerika Latin, Afrika, Timur Tengah, hingga Asia Selatan, juga melalui The Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership (CPTPP) dan The Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP).
Baca Juga
“Trennya ini dengan prediksi ekonomi global melambat, global trade juga akan menurun, kita harus lebih ekstra lagi untuk mengejar ekspor,” jelasnya.
Dia menjelaskan, upaya untuk memperluas pasar ekspor tersebut adalah untuk menjaga momentum berlanjutnya surplus neraca perdagangan yang telah berlangsung selama 44 bulan beruntun hingga Desember 2023.
Tercatat, surplus neraca perdagangan pada 2023 mencapai US$36,9 miliar, turun dibandingkan dengan 2022 yang mencapai US$54,46 miliar.