Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perdagangan (Kemendag) bersama para perwakilan perdagangan (perwadag) di luar negeri menyusun sejumlah strategi peningkatan ekspor produk Indonesia.
Strategi tersebut disepakati dalam rapat koordinasi dan pertemuan teknis (rakornis) di Den Haag, Belanda pada 20-22 September 2023.
Sekretaris Jenderal Kemendag, Suhanto, mengatakan strategi yang telah disepakati tersebut dianggap dapat menjaga neraca perdagangan Indonesia tetap surplus.
“Diharapkan ke depan perdagangan Indonesia tetap positif dan semakin jaya,” kata Suhanto dalam keterangan resmi, dikutip Minggu (24/9/2023).
Adapun, 9 strategi yang dihasilkan antara lain Kemendag melalui perwadag di luar negeri akan mengoptimalkan ekspor produk-produk yang berdampak besar terhadap ekspor nonmigas nasional.
Strategi kedua, membentuk tim reaksi cepat yang mengintegrasikan Kemendag dengan perwakilan dagang di luar negeri. Ketiga, penajaman program aksi melalui monitorin dan evaluasi secara bulanan.
Baca Juga
Keempat, meningkatkan koordinasi, inovasi dan sinergitas antara perwadag, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI), kementerian, pemerintah daerah, pelaku usaha domestik, dan pelaku usaha di negara lain dalam pengembangan ekspor.
Staf Ahli Bidang Manajemen dan Tata Kelola, Veri Anggrijono, membeberan koordinasi dan sinergitas dimaksud meliputi pengembangan produk ekspor, penjajakan bisnis, permintaan pembeli, dan contoh produk.
Selain itu, pemutakhiran portal database pemasok dan pembeli yang kredibel dan terintegrasi di semua perwadag; promosi digital; penajaman intelegensi pasar; optimalisasi pemanfaatan fasilitas perjanjian perdagangan bebas (Free Trade Agreement/FTA); dan perjanjian tarif preferensial untuk produk Indonesia di negara akreditasi; serta penyelesaian permasalahan dan sengketa dagan dengan mitra.
Veri melanjutkan, strategi kelima yakni percepatan penyelesaian perundingan perdagangan dengan negara mitra dagang utama dan negara nontradsional, serta menginisiasi perjanjian perdagangan bebas dengan negara mitra utama yang belum memiliki FTA.
Adapun, strategi keenam yakni pelaksanaan mekanisme imbal dagang dengan negara-negara tertentu yang potensial. Strategi ketujuh, mempromosikan kebijakan terkait perdagangan di Indonesia kepada pelaku usaha.
Strategi kedelapan yakni memberikan bantuan kepada pelaku usaha menyelesaikan hambatan perdagangan di negara tujuan ekspor.
Sementara itu, strategi terakhir adalah memperkuat diplomasi pengamanan perdagangan atas kebijakan perdagangan yang menghambat ekspor produk Indonesia ke negara tujuan.
Veri mengatakan 9 strategi itu menjadi penting dilakukan seiring perlambatan pertumbuhan ekonomi global akibat pemulihan pasca Covid-19, climate change, currency (nilai tukar), dan konflik.
"Rumusan ini akan diimplementasikan sebagai langkah strategis dalam upaya peningkatan ekspor nonmigas dan menjadi acuan untuk melaksanakan program kerja tahun ini dan tahun depan," ujar Veri.