Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sri Mulyani Ketar-ketir! Ekonomi China Lesu, Ekspor RI Merosot

Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengaku was-was dengan perlambatan ekonomi China dan ekspor RI yang terus merosot.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjadi pembicara di gelaran G20 High Level Tax Symposium on Combating Tax Evasion, Corruption, and Money Laundering, bagian rangkaian 3rd Finance Ministers and Central Bank Governors (FMCBG) Meeting G20 di India./Instagram @smindrawati
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjadi pembicara di gelaran G20 High Level Tax Symposium on Combating Tax Evasion, Corruption, and Money Laundering, bagian rangkaian 3rd Finance Ministers and Central Bank Governors (FMCBG) Meeting G20 di India./Instagram @smindrawati

Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mewaspadai sejumlah risiko global, salah satunya perlemahan ekomomi China yang berdampak pada perekonomian domestik. 

Dalam pembacaan Pendapat Akhir Pemerintah terhadap RAPBN 2024, Sri Mulyani menyebutkan bahwa lesunya kinerja ekonomi China akan memberikan efek rambatan di tingkat global.  

“Risiko lain yang perlu diwaspadai adalah tren melambatnya perekonomian China yang merupakan mitra dagang terbesar Indonesia. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi prospek ekonomi global yang secara tidak langsung akan berdampak pada perekonomian Indonesia,” ujarnya pada Rapat Paripurna, Kamis (21/9/2023). 

Meski neraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus dalam 40 bulan berturut-turut, lanjutnya, namun terjadi penurunan pertumbuhan ekspor yang cukup tajam.  

Mengacu data Badan Pusat Statistik (BPS) nilai ekspor Indonesia turun cukup atajam sebesar 21,21 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) pada Agustus 2023, dari US$27,93 miliar pada Agustus 2022 menjadi US$22 miliar.

Pada periode yang sama, kinerja ekspor Indonesia ke China terkontraksi 12,69 persen (yoy), sementara ke AS anjlok -17,66 persen, dan ke India minus 25,25 persen. 

Sri Mulyani melihat kondisi tersebut perlu diwaspadai mengingat indeks PMI manufaktur di beberapa negara besar seperti Amerika, Kanada, dan Eropa masih berada dalam jalur kontraksi.

Bahkan, Menkeu menyebutkan perkiraan volume perdagangan dunia akan turun hingga 3 persen pada akhir 2023 mendatang. 

“Pertumbuhan volume perdagangan dunia 2023 diperkirakan sebesar 2 persen, menurun signifikan jika dibandingkan kondisi 2022 yang tumbuh 5,2 persen,” katanya. 

Terlebih, terdapat potensi tekanan inflasi menunjukkan tanda-tanda peningkatan kembali seiring dengan meningkatnya harga minyak dunia yang bertahan tinggi atau higher for longer. 

Akibatnya, suku bunga internasional diperkirakan akan bertahan pada level yang tinggi dalam waktu yang lama, yang berimplikasi pada tingginya cost of fund dan volatilitas di pasar keuangan global.

Meski demikian, Bendahara Negara tersebut mengingatkan bahwa sederet ancaman global yang dirinya sebutkan tidak untuk menakut-nakuti atau membuat pesimis. 

“Namun, untuk memberikan pemahaman serta optimisme bahwa APBN 2024 harus dan akan selalu siap meredam berbagai ketidakpastian dalam rangka melindungi masyarakat, menjadi instrumen efektif dalam menjaga perekonomian domestik, dan menjadi alat untuk memperkuat fundamental perekonomian melalui transformasi ekonomi yang berkelanjutan,” katanya. 

Dalam postur APBN 2024, Sri Mulyani menetapkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di angka 5,2 persen, lebih rendah dari target 2023 yang sebesar 5,3 persen. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper