Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

ADB: Krisis Properti China Bebani Prospek Pertumbuhan Ekonomi Asia Tahun Ini

ADB memangkas outlook pertumbuhan ekonomi negara-negara Asia pada 2023 menyusul gelojak sektor properti China dan risiko El Nino.
Logo Asian Development Bank Indonesia di Jakarta, Rabu (8/4/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Logo Asian Development Bank Indonesia di Jakarta, Rabu (8/4/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Asian Development Bank (ADB) pada Rabu (20/9/2023) memangkas outlook pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang Asia. Hal ini diakibatkan pelemahan sektor properti China dan risiko terkait El Nino. 

ADB memperbarui proyeksi ekonomi regionalnya dengan memangkas proyeksi pertumbuhan 2023 untuk negara berkembang Asia menjadi 4,7 persen, dari sebelumnya yang sebesar 4,8 persen pada Juli 2023. 

Namun, perkiraan pertumbuhan untuk tahun depan dalam pengelompokan yang terdiri dari 46 negara di Asia Pasifik yang tidak termasuk Jepang, Australia dan Selandia Baru direvisi sedikit ke atas dari 4,7 persen menjadi 4,8 persen. 

"Kami melihat pertumbuhan yang tangguh di kawasan ini didasarkan pada konsumsi dan investasi domestik yang cukup kuat, meskipun ada penurunan permintaan eksternal, yang menjadi peredam pertumbuhan yang didorong oleh ekspor," jelas kepala ekonom ADB, Albert Park dalam konferensi pers, seperti dikutip dari  Reuters, Rabu (20/9).

ADB kemudian menurunkan proyeksi pertumbuhannya untuk Asia Timur, Selatan dan Tenggara tahun ini. China dan India masing-masing diperkirakan tumbuh 4,9 persen dan 6,3 persen, sedikit lebih rendah dari proyeksi sebelumnya pada Juli 2023, sebesar 5 persen dan 6,4 persen. 

“[Krisis properti di China] menimbulkan risiko penurunan dan dapat menghambat pertumbuhan regional,” tulis ADB dalam laporannya. 

Kemudian, untuk proyeksi pada 2024, ADB mempertahankan proyeksi pertumbuhan untuk China dan India masing-masing sebesar 4,5 persen dan 6,7 persen. 

Park menuturkan bahwa meskipun pertumbuhan sejauh ini cukup kuat dan tekanan inflasi berkurang di negara-negara berkembang, pemerintah perlu waspada terhadap berbagai tantangan yang dihadapi di kawasan ini termasuk dalam ketahanan pangan. 

Terkait inflasi, negara-negara berkembang di Asia diperkirakan akan turun menjadi 3,6 persen pada 2023, dibandingkan 4,4 persen pada tahun lalu. Inflasi pada 2024 juga diperkirakan akan melambat hingga 3,5 persen. 

Walaupun perlambatan tersebut dapat memberikan ruang kebijakan bagi bank-bank sentral, ADB mengatakan bahwa siklus kenaikan dan pelonggaran suku bunga akan bervariasi di masa mendatang. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper