Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

OECD Pangkas Outlook Ekonomi Global Tahun 2024, Perlambatan China Jadi Penghambatnya

OECD memangkas proyeksi pertumbuhan pada 2024 menjadi 2,7 persen dari 2,9 persen sebelumnya. Untuk tahun ini, OECD memperkirakan ekonomi tumbuh 3 persen.
Warga beraktivitas dengan latar suasana gedung perkantoran di Jakarta, Rabu (2/8/2023). Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II/2023 akan terjaga di level 5 persen, seiring dengan perkembangan yang positif. JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha
Warga beraktivitas dengan latar suasana gedung perkantoran di Jakarta, Rabu (2/8/2023). Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II/2023 akan terjaga di level 5 persen, seiring dengan perkembangan yang positif. JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun 2023, namun memangkas outlook pada 2024 di tengah kenaikan suku bunga yang membebani aktivitas.

Melansir Bloomberg pada Rabu (20/9/2023), dalam laporan terbarunya, OECD memperkirakan pertumbuhan ekonomi global melambat jadi 3 persen tahun ini dari 3,3 persen pada tahun 2022, lebih tinggi dari outlook sebelumnya sebesar 2,7 persen.

Meskipun begitu, OECD memangkas proyeksi pertumbuhan pada 2024 menjadi 2,7 persen dari 2,9 persen sebelumnya. Dengan pengecualian pada tahun 2020 ketika Covid-19 melanda, outlook ini akan menjadi yang terlemah sejak krisis keuangan global.

"Saat inflasi yang tinggi terus berlanjut, ekonomi dunia masih berada di tempat yang sulit. Kita menghadapi tantangan ganda yaitu inflasi dan pertumbuhan yang rendah,” kata Kepala Ekonom OECD Clare Lombardelli seperti dilansir Bloomberg, Rabu (20/9/2023).

OECD memperingatkan bahwa risiko-risiko dalam proyeksinya condong ke sisi negatif karena kenaikan suku bunga di masa lalu dapat berdampak lebih kuat daripada yang diperkirakan dan inflasi mungkin akan bertahan, sehingga membutuhkan pengetatan moneter lebih lanjut.

Laporan OECD terbaru ini menyebut pelemahan ekonomi China sebagai "risiko utama" untuk output di seluruh dunia.

"Setelah awal yang lebih kuat dari perkiraan di tahun 2023, dibantu oleh harga energi yang lebih rendah dan pembukaan kembali China, pertumbuhan global diperkirakan akan melambat," kata OECD

OECD melanjutkan, dampak dari pengetatan kebijakan moneter menjadi semakin terlihat, kepercayaan bisnis dan konsumen telah menurun, dan rebound ekonoi China telah kehilangan momentumnya.

Prospek yang suram ini akan menguji para gubernur bank sentral di seluruh dunia karena efek dari perjuangan melawan inflasi mereka hingga saat ini terus berlanjut ke perekonomian dan para politisi khawatir bahwa aktivitas sedang tersendat.

Bank Sentral Eropa (ECB) menaikkan suku bunga acuan untuk bulan ke-10 berturut-turut pekan lalu, meskipun mengisyaratkan bahwa puncaknya mungkin telah tercapai. Federal Reserve diperkirakan akan mempertahankan suku bunga pada hari Rabu.

OECD memperingatkan agar bank sentral tidak melakukan pelonggaran, dengan inflasi inti yang masih bertahan di banyak negara bahkan ketika angka inflasi utama turun.

”Ada ruang lingkup terbatas untuk penurunan suku bunga hingga jauh ke tahun 2024. Kebijakan moneter harus tetap ketat sampai ada tanda-tanda yang jelas bahwa tekanan inflasi yang mendasari telah mereda," kata OECD.

Lombardelli mengatakan kenaikan harga minyak sebesar 25 persen sejak bulan Mei juga telah menyebabkan inflasi meningkat di beberapa negara, tergantung pada eksposur mereka dan apakah mereka importir atau eksportir bahan bakar fosil.

"Harga minyak akan terus berpotensi bergejolak selama periode ini. Itulah sebabnya kami telah menyoroti hal ini sebagai salah satu risiko. Dampaknya jelas, seperti yang telah kita pelajari, adalah tekanan pada anggaran rumah tangga dan permintaan,” lanjutnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper