Bisnis.com, JAKARTA - Bank sentral Malaysia mempertahankan suku bunga acuannya, sehingga memberikan ruang untuk bertindak jika tekanan harga meningkat setelah pemerintah memotong subsidi bahan bakar pada tahun ini.
Bank Negara Malaysia mempertahankan suku bunga kebijakan semalam sebesar 3% pada Rabu (24/1/2024) sejalan dengan perkiraan 21 ekonom yang disurvei Bloomberg. Bank sentral terakhir kali menyesuaikan biaya pinjaman pada Mei 2023, menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin.
Bank sentral mengatakan bahwa risiko eksternal masih tetap ada, walaupun pertumbuhan diperkirakan membaik pada tahun ini.
Kemudian, bank tersebut juga mengatakan bahwa prospek pertumbuhan masih memiliki resiko penurunan, terutama dengan meningkatnya ketegangan geopolitik, inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan dan meningkatnya volatilitas di pasar keuangan global.
“Perusahaan Produktivitas Malaysia tetap waspada terhadap perkembangan yang sedang berlangsung untuk menginformasikan penilaian terhadap prospek inflasi dan pertumbuhan domestik,” jelas bank sentral, seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (24/1/2024).
Para pembuat kebijakan Malaysia mempertahankan sikap wait-and-see di tengah ancaman terhadap inflasi dan prospek ekonomi negara.
Baca Juga
Rencana pemerintah untuk memperkuat posisi fiskal melalui bantuan yang lebih tepat sasaran dan pajak yang lebih tinggi berisiko memicu tekanan harga pada saat pemulihan ekonomi global yang masih rapuh, dan membebani pertumbuhan Malaysia yang sudah lebih lambat dari perkiraan.
Kemudian, bank sentral mengatakan bahwa pada tahun ini inflasi akan tetap moderat dan secara umum mencerminkan kondisi biaya dan permintaan yang stabil.
“Risiko terhadap perkiraan inflasi masih sangat bergantung pada perubahan kebijakan dalam negeri mengenai subsidi dan pengendalian harga, serta harga komoditas global dan perkembangan pasar keuangan,” jelas para pengambil kebijakan.
Lanjutnya, mereka juga mengatakan bahwa niat pemerintah untuk meninjau kembali pengendalian harga dan subsidi pada 2024 akan mempengaruhi prospek inflasi dan kondisi permintaan.
Di lain sisi, menurutnya, penurunan ringgit baru-baru ini utamanya didorong oleh faktor eksternal dan tidak mencerminkan kinerja dan prospek perekonomian dalam negeri.
“Karena risiko peningkatan volatilitas di pasar keuangan dan valuta asing global masih ada, Bank Negara Malaysia akan terus memastikan kecukupan likuiditas untuk mendukung tertibnya fungsi pasar valuta asing domestik,” jelasnya.
Menurut perkiraan awal pemerintah yang dirilis pada minggu lalu, produk domestik bruto (PDB) Malaysia juga mengalami penurunan pada tahun lalu dan sedikit di bawah proyeksi bank sentral dengan pertumbuhan sekitar 4%.