Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspor Nonmigas Diproyeksi Tumbuh 4,5%, Eksportir Singgung Tantangan 2024

Pengusaha ekspor mengungkap tantangan pertumbuhan ekspor nonmigas yang ditargetkan pemerintah tumbuh di kisaran 2,5%-4,5% di 2024.
Aktivitas bongkar muat peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (22/6/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Aktivitas bongkar muat peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (22/6/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) mengungkap peluang dan tantangan pertumbuhan Ekspor Nonmigas yang ditargetkan pemerintah tumbuh di kisaran 2,5-4,5% pada 2024.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) ekspor nonmigas Januari-Oktober 2023 sebesar US$201,25 miliar atau turun 12,74% (year-on-year/yoy). Pada Oktober 2023, ekspor nonmigas mencapai US$20,78 miliar atau turun 11,36% yoy. 

Ketua Umum GPEI, Benny Soetrisno, mengatakan menurunnya ekspor nonmigas disebabknya melemahnya permintaan dari Eropa. Adapun, penurunan ekspor nonmigas terbesar terjadi pada mesin dan perlengkapan elektrik sebesar US$86,8 juta atau 7,48%.

"Tahun ini masih ada peluangnya, meskipun ada tantangan logistik cost," kata Benny kepada Bisnis, Selasa (9/1/2024). 

Dia menuturkan, lesunya permintaan dari Eropa disebabkan masalah biaya logistik yang meningkat karena kondisi geopolitik antara Israel dengan Hamas. Hal ini membuat angkutan logistik menghindari jalur Terusan Suez di Semenanjung Sinai, Mesir. 

Angkutan logistik disebut lebih memilih untuk berputar melewati Tanjung Harapan di Afrika Selatan. Alhasil, biaya dan waktu pengiriman bertambah.

"Sedangkan tujuan ke Amerika baru mulai pulih, harapan kami masih untuk pasar masih di Asia dan Afrika," ujarnya.

Untuk diketahui, ekspor nonmigas Oktober 2023 terbesar adalah ke Tiongkok yaitu US$5,78 miliar, disusul India US$1,87 miliar dan Amerika Serikat US$1,82 miliar. Ketiganya berkontribusi sebesar 45,63% dari total ekspor nonmigas. 

Sementara itu, ekspor ke Asean dan Uni Eropa (27 negara) masing-masing sebesar US$3,66 miliar dan US$1,26 miliar.

Di sisi lain, eksportir juga akan mendapatkan stimulus berupa kemudahan melalui percepatan penerbitan rekomendasi untuk penjualan lokal hasil produksi di Kawasan Berikat (KB) yang berorientasi ekspor hingga di atas 50%. 

Namun, stimulus tersebut masih digodok oleh pemerintah yang nantinya akan diterbitkan melalui Peraturan Menteri Perindustrian mengenai tata cara penerbitan rekomendasi untuk penjualan lokal hasil KB.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper