Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Beras Bakal Mahal Meski RI Impor 3 Juta Ton, Ini Penyebabnya

Harga beras diprediksi tetap mahal meski Pemerintah Indonesia berencana impor 3 juta ton.
Buruh melakukan bongkar muat karung berisi beras di Gudang Bulog Divre Jawa Barat di Gedebage, Bandung, Jawa Barat, Senin (30/1/2023). Bisnis/Rachman
Buruh melakukan bongkar muat karung berisi beras di Gudang Bulog Divre Jawa Barat di Gedebage, Bandung, Jawa Barat, Senin (30/1/2023). Bisnis/Rachman

Bisnis.com, JAKARTA - Harga beras diramal akan tetap tinggi meskipun pemerintah mau mengimpor 3 juta ton di tahun ini.

Pengamat pertanian sekaligus Ketua Komunitas Industri Beras Rakyat (Kibar), Syaiful Bahari berujar, harga beras di awal 2024 masih akan tetap tinggi lantaran suplai gabah petani yang masih terbatas.

Di sisi lain, impor beras 3 juta ton, kata Syaiful, juga belum mendapat kepastian ihwal jumlah dan waktu tiba di Tanah Air. Apalagi, beras impor yang akan datang nantinya juga diprioritaskan untuk kebutuhan bantuan pangan, alih-alih untuk operasi pasar secara masif.

"Jumlah beras yang berasal dari dalam negeri tidak akan cukup untuk menurunkan harga beras," ujar Syaiful saat dihubungi, Selasa (9/1/2024).

Lebih lanjut, Syaiful menyebut kemampuan Bulog untuk menyerap gabah petani saat panen raya mendatang cenderung rendah. Pasalnya, standar kualitas gabah dan beras yang tinggi dari Bulog akan sulit dipenuhi oleh hasil panen dari petani dan penggilingan padi skala mikro maupun menengah.

"Persyaratan tersebut hanya bisa dipenuhi oleh penggilingan padi besar dan modern," kata Syaiful.

Menyitir data panel harga pangan, Badan Pangan Nasional (Bapanas), rata-rata harga beras medium hari ini secara nasional berada di level Rp13.240 per kilogram dan beras premium di level Rp15.010 per kilogram.

Harga beras saat ini masih di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah dalam Perbadan No.7/2023 sebesar Rp10.900 - Rp11.800 per kilogram untuk beras medium dan Rp13.900-Rp14.800 per kilogram untuk beras premium.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan Indonesia akan impor beras 1 juta ton dari India dan 2 juta ton dari Thailand. Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi pun menyebut impor beras itu akan dilakukan pada awal 2024 untuk mengantisipasi defisit neraca beras bulanan.

Berdasarkan kerangka sampel area (KSA) yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS), produksi beras nasional secara bulanan pada Januari 2024 diperkirakan hanya 0,9 juta ton dan Februari 2024 sebanyak 1,3 juta ton. Jumlah produksi tersebut masih di bawah rata-rata konsumsi beras bulanan secara nasional yang berkisar 2,5 juta ton.

"Kita tidak bisa menunggu stok habis sehingga perlu antisipasi agar stabilitas pangan tetap terjaga. Jadi kita perlu siapkan beberapa bulan ke depan," ujar Arief melalui keterangan resmi, Minggu (7/1/2024).

Dia juga mengklaim bahwa inflasi 2023 isa terjaga di angka 2,61% (yoy) berkat adanya program bantuan pangan beras sejak Mei 2023.

Selain inflasi yang melandai, Arief menyebut harga beras juga mulai menunjukkan tren menurun secara gradual. Adapun harga beras medium per 5 Januari 2024 di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) sebesar Rp11.116 per kilogram dengan jumlah stok sebanyak 31.277 ton.

Arief menuturkan, sepanjang 2023 pemerintah telah menyalurkan beras untuk stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) sebanyak 1,1 juta ton dan bantuan beras sebanyak 1,4 juta ton.

"Faktanya gelontoran tersebut berhasil menekan laju inflasi nasional," ujar Arief dalam keterangan resmi, Senin (8/1/2024).

Berdasarkan catatan Bisnis.com, Selasa (2/1/2024), Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat komoditas beras masih mengalami inflasi bulanan pada Desember 2023 sebesar 0,48% (month-to-month/mtm), sedangkan inflasi beras secara tahunan pada Desember 2023 mencapai 17,07% (year-on-year/yoy).

Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menyebut bahwa beras termasuk dalam 5 komoditas terbesar yang memberikan andil inflasi bulanan pada Desember 2023 sebesar 0,02% (mtm).

"Bahkan secara year on year, beras merupakan penyumbang andil terbesar inflasi, artinya sepanjang 2023 memberikan andil sebesar 0,53% terhadap inflasi umum," ujar Amalia, Selasa (2/1/2024).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Rachmawati
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper