Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bapanas Blak-blakan soal Alasan RI Masih Impor Beras di 2024

Indonesia dipastikan masih akan impor beras pada tahun ini untuk mengamankan pasokan dan memenuhi kebutuhan beras nasional.
Buruh melakukan bongkar muat karung berisi beras di Gudang Bulog Divre Jawa Barat di Gedebage, Bandung, Jawa Barat, Senin (30/1/2023). Bisnis/Rachman
Buruh melakukan bongkar muat karung berisi beras di Gudang Bulog Divre Jawa Barat di Gedebage, Bandung, Jawa Barat, Senin (30/1/2023). Bisnis/Rachman

Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia dipastikan masih akan impor beras pada tahun ini untuk mengamankan pasokan dan memenuhi kebutuhan beras nasional.

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi, mengatakan, impor beras masih akan dilakukan pada awal 2024 atau sebelum panen raya.

Importasi diklaim sebagai langkah antisipatif terhadap defisit neraca beras bulanan. Apalagi, produksi beras pada Januari-Februari 2024 diperkirakan masih di bawah kebutuhan bulanan secara nasional. 

Berdasarkan kerangka sampel area (KSA) yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS), produksi beras nasional secara bulanan pada Januari 2024 diperkirakan hanya 0,9 juta ton dan Februari 2024 sebanyak 1,3 juta ton. Jumlah produksi tersebut masih di bawah rata-rata konsumsi beras bulanan secara nasional yang berkisar 2,5 juta ton.

"Kita tidak bisa menunggu stok habis sehingga perlu antisipasi agar stabilitas pangan tetap terjaga. Jadi kita perlu siapkan beberapa bulan ke depan," kata Arief melalui keterangan resmi, Minggu (7/1/2024).

Arief mengungkapkan produksi beras nasional pada 2024 juga masih dibayangi risiko dampak El Nino yang disebut baru akan terasa 2-3 bulan kemudian.

Di sisi lain, pemerintah juga memutuskan untuk terus menyalurkan bantuan pangan beras kepada sekitar 22 juta keluarga penerima manfaat (KPM). Program tersebut tentunya meningkatkan kebutuhan beras oleh pemerintah.

"Bantuan pangan beras terus digulirkan kepada masyarakat berpendapatan rendah untuk menjaga daya beli masyarakat dan menekan inflasi," jelasnya.

Untuk diketahui, Indonesia bakal impor 3 juta ton besar dari India dan Thailand pada 2024. Hal tersebut disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Jumat (22/12).

Dari target impor 3 juta ton beras, Jokowi mengungkapkan 1 juta ton beras akan didatangkan dari India, sedangkan 2 juta ton sisanya dari Thailand.

"Untuk 2024 Alhamdulillah kemarin Kepala Bulog dari India sudah sampaikan ke saya pak sudah tanda tangan 1 juta ton," kata Jokowi saat pidato dalam acara Seminar Nasional Outlook Perekonomian Indonesia di Jakarta, Jumat (22/12/2023).

Jokowi juga menyampaikan bahwa Perdana Menteri Thailand, Sretha Thavisin, mengungkapkan kesediaan untuk mengekspor 2 juta ton beras dari negaranya saat bertemu di KTT Asean-Jepang akhir pekan lalu.

"Saya sampaikan indonesia butuh 2 juta ton. Beliau kemudian siangnya telepon dengan tim di Thailand. Kemudian sorenya menyampaikan 2 juta ton Thailand siap untuk kirim ke indonesia," ujarnya.

Sementara itu, Guru Besar IPB University sekaligus Ketua Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI), Dwi Andreas Santosa, justru menilai pemerintah perlu membatalkan wacana impor beras pada 2024.

Pasalnya, wacana impor beras secara nyata telah berdampak pada penurunan harga GKP (gabah kering panen) di tingkat petani. Dari semula Rp7.500 per kilogram menjadi Rp6.800 per kilogram dalam waktu singkat.

Menurut Andreas, pembatalan impor beras perlu dilakukan hingga harga gabah di tingkat petani bisa naik kembali. Harga GKP yang terjaga dengan baik, kata Andreas, bakal mendorong minat petani menanam padi dan produksi pun ikut melonjak. Adapun, saat ini HPP (harga pembelian pemerintah) GKP masih ditetapkan di level Rp5.000 per kilogram.

Andreas pun memperkirakan adanya risiko harga GKP akan anjlok saat panen raya mendatang. Bahkan, harga GKP bisa sampai di bawah Rp5.000 per kilogram. 

Sebaliknya, dia justru memproyeksikan produksi beras 2024 akan naik sekitar 3-5% dari produksi 2023 sebanyak 30,89 juta ton. Sejumlah faktor menyebabkan peningkatan produksi beras tahun ini, antara lain karena fenomena El-Nino yang mulai mereda, iklim kembali normal dan harga GKP yang cenderung masih mumpuni.

"Karena itu, yang penting batalkan impor, lalu segera naikkan HPP untuk GKP. Usulan kami dari Rp5.000 ke Rp6.000 [per kilogram]," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dwi Rachmawati
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper