Bisnis.com, DENPASAR - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menurunkan alokasi kuota impor bahan baku gula kristal rafinasi (GKR) untuk tahun 2024.
Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika mengatakan, alokasi tersebut diperhitungkan sesuai kebutuhan dan cadangan yang dimiliki industri untuk bahan baku.
"Kita turun, kemarin [2023] sekitar 3,6-3,7 juta ton, kita koreksi menjadi sekitar 3,45 juta ton," kata Putu dalam Jumpa Pers Akhir Tahun Kemenperin, Kamis (28/12/2023).
Adapun, penurunan kuota impor dilakukan untuk memberikan kemudahan bagi pelaku industri dalam hal pemangkasan cost of inventory atau ongkos penyimpanan.
Namun, dia menuturkan, apabila kuota impor tersebut tidak memenuhi kebutuhan industri nasional, maka penambahan kuota impor dapat ditambahkan melalui neraca komoditas perubahan.
"Itu benar-benar dihitung berapa kebutuhan produksinya sehingga gula yang dibutuhkan segitu dan itu biasanya habis, kecuali kalau kurang kita nambahin," ujarnya.
Baca Juga
Putu belum dapat menyebutkan persetujuan impor (PI) untuk gula rafinasi yang akan dikeluarkan. Pihaknya saat ini telah melakukan rapat koordinasi terbatas dengan Kementerian Koordinator Perekonomian, sekaligus memproses PI tersebut.
“Udah proses, udah rakortas udah, udah pada mesen," terangnya.
Dalam hal ini, Putu juga menyampaikan bahwa impor gula industri asal Brazil masih penopang kebutuhan industri. Di sisi lain, dia menegaskan bahwa impor 3,6 juta ton tahun ini telah 100% terserap.
Data Asosisasi Gula Rafinasi Indonesia (AGRI) menunjukkan bahwa kebutuhan rata-rata GKR setiap bulan secara nasional berkisar antara 250.000 - 280.000 ton. Untuk periode Ramadan, kebutuhan GKR industri bisa naik hingga 300.000 ton.
Adapun, Kemenperin mencatat kebutuhan gula di dalam negeri pada 2022 mencapai sekitar 6,48 juta ton yang terdiri atas 3,21 juta ton gula kristal putih (GKP) dan 3,27 juta ton gula kristal rafinasi (GKR).