Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

ID Food Blak-blakan Penyebab Realisasi Impor Gula yang Lambat

ID Food menjelaskan soal penyebab dari realisasi impor gula yang lambat, yakni hanya 29,3% dari total kuota impor gula konsumsi.
Ilustrasi gula. ID Food bicara soal realisasi impor gula yang lambat. /KTM
Ilustrasi gula. ID Food bicara soal realisasi impor gula yang lambat. /KTM

Bisnis.com, JAKARTA - Direktur Utama ID Food, Frans Marganda Tambunan menjelaskan soal penyebab dari realisasi impor gula yang lambat. Padahal, penambahan pasokan dibutuhkan karena harga di pasar sudah melewati harga acuan pembelian. 

Frans menyebut nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat yang anjlok menjadi tantangan dalam importasi. Rupiah yang makin terdepresiasi diperparah dengan lonjakan harga gula di pasar global.

"Tahun ini selain kurs juga harga gula dunia menjadi catatan," ujar Frans saat dihubungi, Senin (23/10/2023).

Adapun ID Food masih memiliki sisa kuota penugasan impor gula sebanyak 125.000 ton hingga akhir tahun. Frans mengatakan perizinan impor gula tersebut tengah dalam proses penerbitan di Kementerian Perdagangan. Sebelumnya, Frans berujar realisasi sisa kuota impor gula tahun ini hanya tinggal menunggu izin impor dari Kemendag. 

Adapun berdasarkan data neraca komoditas yang diolah Badan Pangan Nasional (Bapanas), realisasi impor gula untuk konsumsi hingga 20 Oktober 2023 baru sekitar 290.801 ton, sedangkan rencana pengadaan impor Oktober - Desember 2023 sebesar 700.199 ton. Artinya realisasi impor gula oleh BUMN maupun swasta baru 29,3% dari total kuota impor gula konsumsi tahun ini sebanyak 991.000 ton.

"Untuk 125.000 ton, persetujuan impor sedang diproses," kata Frans.

ID Food pun menargetkan gula impor akan tiba di Indonesia pada akhir tahun atau selambat-lambatnya awal 2024. Selain Brasil, Frans mengatakan pihaknya bakal menjajaki impor gula dari India.

Meskipun sebelumnya, laporan Reuters menyebut adanya kemungkinan India yang dijuluki sebagai negara Anak Benua itu bakal melarang ekspor gula mulai Oktober 2023.

Larangan ekspor gula India itu disebut akibat kurangnya curah hujan yang membuat produksi tebu di negara itu ikut merosot. Dengan risiko itu, India tidak memiliki cukup gula untuk dialokasikan pada kuota ekspor.

"Kemungkinan lain bisa dari India. Kita masih eksplor semua kemungkinan, " tutur Frans.

Menyitir data panel harga pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas), rata-rata harga gula per hari ini 23 Oktober 2023 pukul 12.40 WIB telah menyentuh level Rp15.640 per kilogram. Lebih tinggi dari harga acuan pembelian/penjualan (HAP) yang ditetapkan dalam Perbadan No. 17/2023 sebesar Rp14.500-Rp15.500 per kilogram.

Data Trading Economics pun mencatat harga gula mentah (raw sugar) di bursa berjangka Amerika Serikat per 20 Oktober 2023 sebesar US$26,85 per pon mengalami kenaikan 46,08% secara year-on-year (yoy). Harga gula mentah tersebut masih mendekati level tertinggi dalam 12 tahun terakhir sebesar US$27,5 per pon.

Lonjakan harga gula di pasar global ikut mendorong harga gula di dalam negeri. Oleh karena itu, Frans menyebut perlu ada penyesuaian harga gula di pasaran melalui kebijakan fleksibilitas harga.

"Kita saat ini sedang mengusulkan penyesuaian harga acuan penjualan konsumen," kata Frans.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Rachmawati
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper