Bisnis.com, JAKARTA - Direktur Utama ID Foods, Frans Marganda Tambunan mengakui perlu ada penyesuaian harga acuan pembelian (HAP) gula saat ini. Penyesuaian dibutuhkan seiring dengan harga gula telah melonjak dan adanya restriksi yang dilakukan sejumlah negara eksportir gula dunia.
Menyitir data panel harga pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas), harga gula konsumsi di tingkat konsumen per hari ini 16 Oktober 2023 sebesar Rp15.520 per kilogram atau naik 0,13% dari harga kemarin. Padahal pemerintah dalam Perbadan No. 17/2023 menetapkan HAP untuk gula konsumsi di tingkat konsumen sebesar Rp14.500 - Rp15.500 per kilogram.
Badan Pusat Statistik (BPS) pun mencatat sejumlah negara yang telah melarang ekspor gula yakni India, Lebanon dan Pakistan. Sampai dengan September 2023, nilai impor gula Indonesia paling banyak berasal dari Thailand sebesar 58,76% dan Brasil sebanyak 39,41%.
BPS juga melaporkan bahwa gula menjadi salah satu komoditas utama yang mempengaruhi indeks perubahan harga (IPH) sampai dengan pekan kedua Oktober 2023. Sebanyak 338 kabupaten/kota mengalami kenaikan IPH yang disumbang oleh harga gula pasir.
"Di saat pemerintah melihat harga [gula] dunia dan domestik tidak memungkinkan, biasanya ada penyesuaian, kayak beras kemarin. Gula juga tahun ini ada penyesuaian. Tapi pemerintah sudah sepakat kalau harus ada penyesuaian ya disesuaikan," ujar Frans saat ditemui di Bapanas, Senin (16/9/2023).
Meskipun impor yang diberikan sebagai penugasan stabilisasi stok dan harga, Frans menegaskan bahwa ID Food tidak boleh jual rugi. Di sisi lain, BUMN pangan tidak diperkenankan untuk mengambil untung besar dalam menjalankan penugasan distribusi pangan.
Baca Juga
"Ini untuk stabilisasi, tapi tidak boleh rugi, itu bisa merugikan negara," ucapnya.
Dia menyebut setidaknya HAP gula disesuaikan di kisaran Rp16.000 per kilogram. Kendati begitu, penyesuaian HAP gula perlu mempertimbangkan harga penawaran dari negara sumber impor yang sudah diperhitungkan dengan biaya logistik dan kurs Rupiah terhadap Dolar. Pertimbangan itu, nantinya akan dilaporkan ke pemerintah untuk perhitungan penyesuaian HAP gula yang bisa diikuti pelaku usaha.
"Saat kita ngomong harga acuan kan tidak hanya tergantung BUMN, tapi juga distributor sampai konsumen," kata Frans.
Sebelumnya, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi menyebut realisasi impor gula untuk konsumsi baru sekitar 26% dari total kuota impor tahun ini sebanyak 991.000 ton. Menurutnya, banyak pihak yang memegang kuota impor belum melakukan importasi.
Dia mendorong, terutama sektor privat agar tidak sengaja menahan impor gula lantaran harga di pasar global tengah tinggi dan kurs rupiah terhadap dolar melemah. Importasi, kata dia bukan hanya soal harga, namun keperluan pemenuhan stok menjadi penting untuk diprioritaskan.
Arief yang juga menjabat sebagai Plt. Menteri Pertanian pun menegaskan agar pemegang kuota impor gula tidak perlu khawatir terhadap risiko kerugian. Pihaknya bakal meninjau ulang ihwal harga gula untuk stabilisasi.
"Jadi tolong dipenuhi stoknya, kita akan duduk sama-sama," ucapnya.