Bisnis.com, JAKARTA - PT Kalbe Farma Tbk. yang gencar memperkuat segmen usaha makanan sehat mengaku belum melihat dampak signifikan dari perlambatan realisasi impor gula dalam negeri.
Corporate External Communication PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF), Hari Nugroho mengatakan dampak perlambatan impor gula tidak signifikan, karena penggunaan gula rafinasi atau gula industri minim pada produk makanan sehat Kalbe.
"Saat ini penggunaan gula untuk produk-produk Kalbe berkisar 1-2% dari total bahan baku. Kalbe mengikuti standar dari Badan POM untuk penggunaan gula di dalam produk kami," kata Hari kepada wartawan, Senin (23/10/2023).
Lebih lanjut, dia menyatakan pihaknya belum merasakan dampak pada operasional produksi di tengah meningkatnya harga acuan pembelian gula imbas anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
Berdasarkan data Trading Economics, harga gula mentah (raw sugar) di bursa berjangka Amerika Serikat per 20 Oktober 2023 sebesar US$26,85 per ton atau mengalami kenaikan 46,08% secara year-on-year (yoy). Harga gula mentah tersebut masih mendekati level tertinggi dalam 12 tahun terakhir sebesar US$27,5 per pon.
"Sampai saat ini, perusahaan belum melihat adanya indikasi gangguan pasokan gula untuk kebutuhan produksi," tuturnya.
Baca Juga
Sebelumnya, BUMN Pangan ID Foods melaporkan dari kuota impor raw sugar sebanyak 250.000 ton setara 230.000 ton gula kristal putih (GKP) telah direalisasikan sebanyak 97.000 ton oleh RNI dan PTPTN. Adapun, sisa kuota impor 125.000 ton GKP yang diperkirakan masuk Desember 2023.
Tak hanya pelemahan rupiah dan melambatnya realisasi impor, gula rafinasi juga terindikasi melonjak akibat larangan ekspor India. Adapun, gangguan tersebut diungkap oleh Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (Gapmmi) Adhi S. Lukman.
Dia memproyeksi harga gula industri akan semakin tinggi pada awal 2024, imbas tindakan India yang melarang ekspor pada Oktober 2023. Meskipun India bukan negara utama asal impor gula, tapi tersendatnya stok impor dapat berdampak pada harga rafinasi global.
"Sedikit saha satu negara melarang, itu akan sangat berpengaruh terhadap harga. Sekarang saja, harga gula rafinasi ini sudah jauh lebih mahal dari harga gula konsumsi. Harga rafinasi sekarang Rp13.000 per kg lebih, sementara gula konsumsi Rp12.500 per kg" ujar Adhi.
Dalam kondisi normal, harga gula industri di bawah Rp10.000 per kg. Dengan adanya lonjakan harga yang tinggi, para pengusaha kini tengah memutar otak untuk mengantisipasi bahan baku yang semakin mahal.
"Prediksi saya, gula rafinasi tahun depan naik lagi, mungkin tak sebesar tahun ini, mungkin sekitar Rp14.000 atau lebih," ungkapnya.