Bisnis.com, JAKARTA – Salah seorang pejabat Federal Reserve (The Fed) mengatakan belum ada urgensi bagi bank sentral Amerika Serikat tersebut untuk memangkas suku bunga acuan tahun depan.
Presiden Federal Reserve wilayah Atlanta Raphael Bostic mengatakan The Fed belum perlu menurunkan suku bunga atas pertimbangan laju pertumbuhan ekonomi saat ini dan kebutuhan untuk memastikan bahwa inflasi akan kembali ke target bank sentral sebesar 2%.
“[Inflasi] akan turun secara relatif lambat dalam enam bulan ke depan, yang berarti bahwa tidak akan ada urgensi bagi kami [The Fed] untuk mulai menarik diri dari sikap restriktif kami," kata Bostic seperti dikutip Reuters, Rabu (20/12/2023).
Bostic memperkirakan akan ada dua kali penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) pada paruh kedua tahun 2024. Di sisi lain, dia menekankan bahwa sementara ini inflasi masih terlalu tinggi dan jalur kebijakan the Fed bergantung pada inflasi yang terus melambat.
"Perekonomian ini jauh lebih kuat daripada yang saya bayangkan 12 bulan yang lalu, dan saya sangat bersyukur untuk itu," kata Bostic.
Bostic memberi bukti dengan tingkat pengangguran yang tetap berada di bawah 4% selama Fed menaikkan suku bunga sebesar 5,25 poin untuk menekan inflasi. Selain itu, rumah tangga dan bisnis terbukti mampu meredam guncangan.
Baca Juga
Komentar Bostic bertentangan dengan apa yang saat ini menjadi keyakinan kuat para investor bahwa the Fed akan memangkas suku bunga acuan pada pertemuan bulan Maret 2024. Menurut data FedWatch dari CMEGroup, ekspektasi ini memiliki probabilitas lebih dari dua pertiga.
"Inflasi masih terlalu tinggi... Jadi kita harus terus bekerja untuk menurunkan inflasi ke level 2% yang ditargetkan oleh bank sentral,” kata Bostic.
Inflasi berdasarkan indeks harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi yang menjadi acuan preferensi The Fed adalah 3% pada bulan Oktober 2023 secara tahunan (year-on-year), meskipun dalam jangka waktu tiga dan enam bulan hanya sekitar 2,5%.
Dia melanjutkan, suku bunga acuan The Fed perlu diturunkan sebelum inflasi kembali ke target sehingga ekonomi dapat melaju ke tingkat pertumbuhan 2% dan tingkat pengangguran tidak perlu mengalami peningkatan yang tidak perlu.
"Kita harus berhati-hati, karena tujuan saya adalah untuk memposisikan kebijakan kita untuk meminimalkan jumlah penderitaan yang harus dialami masyarakat, sambil mengembalikan inflasi ke target,” pungkasnya.