Bisnis.com, JAKARTA - S&P Global Ratings mengumumkan bahwa Ethiopia mengalami gagal bayar secara selektif setelah pemerintah melewatkan pembayaran kupon dan mengumumkan bahwa tidak akan membayarnya dalam masa tenggang.
Mengutip Bloomberg, Sabtu (16/12/2023) pemerintah telah melewatkan pembayaran tersebut pada Senin (11/12). Kementerian keuangan Ethiopia mengatakan bahwa negaranya tidak dalam posisi untuk menanggung pembayaran sebesar US$33 juta atau sebesar Rp512 miliar.
Adapun, hal tersebut diungkapkan lantaran Ethiopia mengalami posisi eksternal negara yang rapuh. S&P juga mengutip diskusi yang sedang berlangsung dengan pemegang obligasi sebagai alasan penurunan peringkat.
"Kami melihat tidak dibayarkannya bunga dan pernyataan bahwa pemerintah tidak akan memenuhi kewajiban pembayaran utang dalam tenggang waktu yang telah ditentukan sebagai sebuah gagal bayar atas utang luar negerinya," jelas analis Giulia Filocca, Zahabia Gupta, dan Ravi Bhatia.
Fitch Ratings sendiri menurunkan peringkat Ethiopia menjadi C, yakni satu tingkat di atas default pada Kamis (14/12). Sedangkan Moody’s Investors Service menempatkan Ethiopia pada peringkat keempat terendah dengan prospek stabil.
Mengutip Reuters, perekonomian negara tersebut masih terguncang akibat inflasi yang tinggi, kekurangan mata uang dan pembayaran utang luar negeri yang terus meningkat lebih dari satu tahun.
Adapun, masa tersebut ketika setelah pemerintahan federal dan pasukan pemberontak dari wilayah Tigray utara menandatangani gencatan senjata untuk mengakhiri perang saudara yang telah berlangsung selama dua tahun.
"Perlakuan terhadap utang sektor resmi tidak akan dinilai sebagai pertukaran utang yang tertekan di bawah kriteria peringkat sovereign Fitch, namun kreditor resmi dapat meminta perlakuan yang sebanding untuk klaim-klaim kreditor swasta di bawah Kerangka Kerja Umum," kata Fitch.
Pada Kamis (14/12) pemerintah juga mengadakan panggilan untuk investor pada obligasi tersebut yang jatuh tempo pada Desember 2024. Upaya tersebut dilakukan setelah pembicaraan dengan sekelompok pemegang obligasi gagal.
Awal 2023, Ethiopia meminta bantuan pinjaman baru senilai US$2 miliar dari IMF. Belum ada kesepakatan yang dicapai, tetapi IMF mengatakan bahwa pembicaraan masih berlangsung dan stafnya mungkin akan mengunjungi Ethiopia pada awal 2024.