Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Gula RI, Erick Thohir: Dulu Raja, Sekarang Gini-Gini Aja

Menteri BUMN Erick Thohir menyebut kondisi industri gula RI tidak berkembang dan tertinggal dari negara lain.
Menteri BUMN Erick Thohir./Bisnis-Rika A.
Menteri BUMN Erick Thohir./Bisnis-Rika A.

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir menyoroti kondisi industri gula saat ini. Menurutnya, sektor gula Indonesia justru mengalami kemunduran.

Ketergantungan impor gula yang besar membuat Indonesia ketinggalan dari negara-negara produsen gula lainnya, seperti Thailand, Brasil dan India. Padahal, Erick menyebut bahwa di masa lampau Indonesia pernah menjadi raja gula dunia.

"Kok di Indonesia set back, kita dulu rajanya [gula], sekarang malah jadi pengimpor terbesar," ujarnya Erick saat membuka National Sugar Summit, Rabu (13/12/2023).

Erick pun membandingkan produksi gula nasional dengan negara lainnya. Indonesia pada 2022 hanya memproduksi sekitar 2,4 juta ton. Adapun, Brasil produksinya bisa mencapai 38 juta ton dan India 32 juta ton.

"Tetangga kita, Thailand [produksi] 11 juta ton, masa gini-gini aja," tuturnya.

Oleh karena itu, Erick mendorong BUMN dan sektor swasta untuk berupaya mewujudkan rencana swasembada gula yang tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) No. 40/2023. Selain itu, dia juga mendorong agar industri mulai mengarah pada hilirisasi bioetanol sebagai biofuel.

Dia menilai bahwa rencana swasembada gula dalam beleid tersebut bakal menjadikan industri gula semakin tumbuh dan menguntungkan semua pihak, mulai dari industri, petani hingga masyarakat.

"Saya menantang kita semua untuk bisa swasembada gula di 2030, dengan roadmap yang kita sepakati sama-sama dan mesti untung semua," ucapnya.

Adapun secara terperinci, Perpres No. 40/2023 menargetkan sejumlah target untuk percepatan swasembada gula nasional dan penyediaan bioetanol.

Dalam pasal 3 ayat (1) menyebutkan 5 target, antara lain peningkatan produktivitas tebu sebesar 93 ton per hektare; penambahan luas areal lahan baru perkebunan tebu seluas 700.000 hektare; peningkatan rendemen menjadi 11,2%; peningkatan kesejahteraan petani tebu; dan peningkatan produksi bioetanol dari tebu paling sedikit 1,2 juta kiloliter.

"Jelas di Perpres nya. Tinggal kita-nya mau atau tidak, kitanya senang menjadi trading atau mau jadi industrialisasi," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dwi Rachmawati
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper