Bisnis.com, JAKARTA - Bank jumbo asal Amerika Serikat Wells Fargo memperkirakan biaya yang dikeluarkan untuk membayar pesangon karyawan yang terdampak pemutusan hubungan kerja (PHK) akan membengkak.
CEO Wells Fargo Charlie Scharf mengatakan perusahaan akan mengeluarkan biaya pesangon yang lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya, antara US$750 juta hingga kurang dari US$1 miliar, atau sedikitnya Rp11,6 triliun pada kuartal IV/2024.
Mengutip dari Reuters, Rabu (6/12/2023), pada November 2023, Wells Fargo telah memberhentikan kurang dari 50 bankir dari unit usaha bank korporasi dan investasinya. Sebelum itu, perusahaan juga memberikan peringatan bahwa jumlah karyawan dapat semakin berkurang demi alasan efisiensi.
Wells Fargo sendiri telah mengurangi tenaga kerjanya sejak kuartal III/2020 dan pada akhir kuartal III/2023 telah mencapai 227,363 karyawan.
"Kami terus fokus pada efisiensi dengan penurunan omset, sayangnya, kami harus lebih agresif dalam melakukan tindakan internal," terang Scharf, sambil menambahkan bahwa hal tersebut dinilai sebagai langkah yang tepat dalam jangka panjang.
Adapun, bank terbesar keempat di Amerika Serikat (AS) tersebut masih memiliki sembilan perintah persetujuan terbuka dari regulator perbankan, yang membutuhkan pengawasan tambahan atas praktik-praktiknya.
Baca Juga
Scharf menuturkan bahwa prioritas utama manajemen termasuk mencabut perintah persetujuan. Hal ini ia ungkapkan ketika berbicara kepada investor di Konferensi Jasa Keuangan AS Goldman Sachs. Ia juga menuturkan bahwa pihaknya merasa senang dengan kemajuan yang telah dicapai.
Adapun, bank tersebut juga melihat beberapa pelemahan dalam portofolio real estat komersialnya, utamanya dalam pinjaman perkantoran.
“Kami memperkirakan akan terjadi kerugian (dalam portofolio perkantoran) di kuartal IV/2023 yang akan berlanjut hingga tahun depan,” jelas Scharf.
Well Fargo menyisihkan US$359 juta untuk potensi kerugian kredit pada real estat perkantoran pada kuartal III/2023, sehingga total penyisihan menjadi US$2,6 miliar untuk sembilan bulan pertama pada 2023.
Kemudian, meskipun suku bunga tinggi dan terdapat kekhawatiran terhadap menurunnya perekonomian, Scharf menuturkan bahwa ekonomi akan tetap kuat namun ia akan berhati-hati dalam memasuki tahun depan. Adapun, konsumen juga dinilai Scharf masih tangguh dan pertumbuhan kartu kredit untuk bank dapat meningkat.
Bank tersebut juga diketahui telah mengurangi pemberian kredit mobil dan juga mengurangi ukuran portofolio layanan hipoteknya.
Di lain sisi, menurut para eksekutif dari bank-bank terbesar di AS, konsumen negeri Paman Sam tersebut masih dalam kondisi keuangan yang kuat. Namun dalam beberapa bulan terakhir pengeluaran telah melambat dan banyak masyarakat AS yang mulai menunggak pembayaran pinjaman mereka.