Bisnis.com, JAKARTA - Pengembang listrik swasta atau independent power producer (IPP) menilai positif Comprehensive Investment and Policy Plan (CIPP) Just Energy Transition Partnership (JETP), yang resmi diluncurkan hari ini, Selasa (21/11/2023).
Komitmen investasi International Partners Group (IPG), dipimpin oleh Amerika Serikat dan Jepang, dinilai dapat memberi pembiayaan awal untuk pembangkit energi baru terbarukan (EBT) dengan bunga pinjaman yang relatif kompetitif jika dibandingkan dengan pasar saat ini.
“Karena bunganya cukup rendah ya kalau dibandingkan dengan yang lain,” kata Ketua Asosiasi PLTA, Zulfan Hilal saat dihubungi, Selasa (21/11/2023).
Zulfan menuturkan saat ini sejumlah pengembang pembangkit listrik tenaga air (PLTA) tengah mengikuti lelang yang dibuka PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN untuk periode akhir tahun.
Lelang akhir tahun ini membuka kuota sebesar 250 megawatt (MW) untuk wilayah Sumatera, 400 MW untuk Sulawesi, 500 MW untuk wilayah Kalimantan dan Jawa sebesar 50 MW.
Zulfan berharap kajian kelayakan proyek (KKP) dapat membuat tarif PLTA menarik untuk investor nantinya. Dengan demikian, saat lelang ditutup sekitar Februari 2024 mendatang, proyek menjadi layak untuk dibiayai JETP.
Baca Juga
“KKP-nya harus bisa membuat tarif menarik bagi investor sehingga kemudian tidak gagal lelang, dan memberikan hasil yang terbarik untuk program JETP,” kata dia.
Di sisi lain, Ketua Umum Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI) Fabby Tumiwa menyarankan pemerintah untuk memastikan proyek-proyek yang saat ini dilelang layak untuk dibiayai atau bankable.
Kepastian proyek itu, kata Fabby, menjadi krusial untuk memegang komitmen pembiayaan dari JETP. Kendati demikian, dia menuturkan, JETP belakangan tertarik untuk membiayai sejumlah proyek PLTS yang saat ini tengah dilelang PLN.
“Yang penting itu sekarang proyek bankable dulu, kalau ga bankable ya ga akan ada pembiayaan,” kata Fabby saat dikonfirmasi.
Ihwal proyek bankable itu, Fabby mengatakan, pemerintah mesti mempersiapkan tarif listrik yang menarik untuk proyek PLTS nantinya. Selain tetap menjaga kemampuan keuangan pengembang.
“Soal suku bunga itu sangat tergantung dari risiko proyek, sekarang kan masih tergantung pada struktur pembiayaan, tidak terlalu mengkhawatirkan suku bunga itu,” kata dia.
Seperti diberitakan sebelumnya, PLN membuka Program Hijaunesia 2023 untuk menjaring mitra strategis guna pengembangan sejumlah proyek PLTS.
Beberapa proyek itu, di antaranya PLTS Banyuwangi, PLTS Pasuruan, PLTS Terapung Gajah Mungkur, PLTS Terapung Kedung Ombo, dan PLTS Terapung Jatigede yang masing-masing berkapasitas 100 MW.
Selain itu, PLN turut melelang program dedieselisasi tahap 1 yang bakal menyasar 94 lokasi, terbagi ke dalam dua klaster, wilayah barat dan timur Indonesia.
Rencananya, pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) yang masuk ke dalam program ini akan digantikan oleh panel surya dengan potensi 200 MW. Di sisi lain, terdapat potensi investasi tambahan pada battery energy storage systems (BESS) sebesar 350 MWh pada tahap awal tersebut.
Selanjutnya, potensi pengembangan tambahan untuk tahap dua dan tiga mencapai 800 MWp panel surya. Adapun, hak pengelolaan diberikan selama 20 tahun sejak commercial operation date atau COD.