Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia mencatat neraca pembayaran Indonesia kuartal III/2023 defisit US$1,5 miliar. Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia pun ungkap dampak dari defisit neraca pembayaran.
Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Sarman Simanjorang mengatakan, jika defisit neraca pembayaran berlanjut dalam jangka panjang, maka hal ini dapat berdampak signifikan terhadap ketahanan eksternal suatu negara termasuk Indonesia.
“Dampak dari defisit neraca pembayaran bisa meliputi pengecilan cadangan devisa,” kata Sarman kepada Bisnis, Selasa (21/11/2023).
Dia menuturkan defisit yang berkepanjangan dapat menguras cadangan devisa negara. Tergerusnya cadangan devisa dapat meningkatkan risiko ketidakmampuan negara untuk memenuhi kewajiban pembayaran luar negeri.
Defisit neraca pembayaran juga turut berdampak terhadap penurunan nilai tukar mata uang. Sarman mengatakan, kondisi ini dapat memicu inflasi lantaran harga barang impor menjadi lebih tinggi serta membuat utang dalam mata uang asing menjadi lebih sulit untuk dilunasi.
Tak berhenti di situ, Sarman menyebut defisit neraca pembayaran yang berkepanjangan dapat membuat Indonesia bergantung pada modal asing.
Baca Juga
Ketergantungan ini dapat meningkatkan risiko terhadap fluktuasi pasar global dan kebijakan ekonomi luar negeri.
Lalu, kondisi ini juga dapat memicu ketergantungan pada utang luar negeri.
“Ketergantungan ini bisa meningkatkan beban utang negara dan membuatnya rentan terhadap perubahan suku bunga global,” jelasnya.
Untuk mengatasi dampak negatif dari defisit neraca pembayaran, kata Sarman, pemerintah biasanya mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan ekspor, mengurangi impor, menarik investasi asing, dan memperkuat sektor ekonomi dalam negeri agar lebih mandiri.
“Pengelolaan kebijakan fiskal dan moneter yang cerdas juga penting untuk menjaga stabilitas ekonomi dalam menghadapi defisit neraca pembayaran,” pungkasnya.