Bisnis.com, JAKARTA — PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN memproyeksikan kapasitas pembangkit energi baru terbarukan (EBT) skala besar akan masuk sistem selepas periode 2025-2026. Saat itu, persoalan ihwal kelebihan pasokan listrik atau oversupply PLN ditargetkan sudah teratasi.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, target penyelesaian oversupply itu lebih cepat dari hitung-hitungan awal yang diperkirakan rampung pada periode 2029-2030.
“Sehingga nanti EBT yang masuk dalam skala besar, sebenarnya kondisi oversupply sudah bisa diselesaikan pada 2025-2026,” kata Darmawan saat RDP dengan Komisi VII, dikutip Kamis (16/11/2023).
Hingga Oktober 2023, PLN telah memproses sekitar 14,9 gigawatt (GW) pembangkit EBT sebagai implementasi RUPTL 2021-2023. Dalam dokumen penyediaan listrik nasional itu, porsi EBT diharapkan dapat bertambah sebanyak 20,9 GW.
Hanya saja, pembangkit EBT yang telah memasuki masa operasi komersial atau commercial operation date (COD) baru sekitar 0,8 GW atau 800 megawatt (MW).
Sisanya, kapasitas pembangkit EBT sebesar 3,2 GW masih dalam tahap kontruksi, 5,6 GW dalam tahap pengadaan dan 5,3 GW baru masuk dalam rencana kerja anggaran perusahaan (RKAP) PLN. Sementara itu, terdapat 6 GW kapasitas potensial yang masih dalam tahap perencanaan.
Baca Juga
“Untuk menyinkronkan kondisi oversupply dan penambahan energi baru terbarukan ini sudah berhasil kami sinkronkan,” kata Darmawan.
Seperti diberitakan sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan target bauran EBT 23% pada 2025 meleset. Sebagian besar COD pembangkit EBT diperkirakan baru bisa diesekusi 1 tahun setelahnya, selepas 2026.
Berdasarkan catatan Kementerian ESDM, realisasi bauran EBT sepanjang paruh pertama 2023 baru mencapai 12,5% atau jauh dari target yang ditetapkan tahun ini di level 17,9%. Adapun, capaian paruh tahun itu tidak banyak bergeser dari torehan sepanjang 2022 dan 2021 masing-masing di level 12,3% dan 12,2%.
“Tahun 2025 target penambahan EBT sebesar 5.544 megawatt [MW], proyeksinya hanya 1.524 MW, memang secara proyeksi dan realisasi sampai 2025 belum mencapai target,” kata Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Dirjen EBTKE) Kementerian ESDM Yudo Dwinanda Priaadi saat RDP dengan Komisi VII, Kamis (16/11/2023).
Malahan, kata Yudo, proyeksi penambahan bauran EBT hingga akhir 2023 hanya mencapai 115 MW, dari target yang ditetapkan 2.029 MW. Adapun, realisasi bauran EBT per April 2023 baru mencapai 28,21 MW.
Yudo menuturkan, realisasi bauran EBT tahun ini sudah memperhitungkan kapasitas baru yang masuk dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Cirata.
Pembangkit hasil sindikasi tiga bank internasional, Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC), Societe Generale dan Standar Chatered itu memiliki kapasitas 145 MWac atau setara dengan 192 MWp.