Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tekanan Inflasi Diprediksi Meningkat jelang Natal dan Libur Akhir Tahun

Menjelang Natal dan libur akhir tahun, tekanan inflasi Indonesia diperkirakan meningkat.
Pedagang menata barang dagangannya di salah satu pasar di Jakarta, Senin (18/2023). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pedagang menata barang dagangannya di salah satu pasar di Jakarta, Senin (18/2023). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Tekanan inflasi pada akhir 2023 diperkirakan meningkat seiring dengan peningkatan permintaan jelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Natal dan periode libur akhir tahun.

Berdasarkan Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia (BI), tekanan inflasi pada Desember 2023 dan Maret 2024 diperkirakan meningkat. 

Hal ini tercermin dari Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) Desember 2023 dan Maret 2024 masing-masing sebesar 131,2 dan 133,0, lebih tinggi daripada IEH bulan sebelumnya masing-masing sebesar 119,9 and 129,7. 

“Responden menginformasikan peningkatan tersebut didorong oleh kenaikan harga seiring dengan periode HBKN Natal, libur akhir tahun dan sekolah, serta momentum bulan Ramadan pada 2024,” kata Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono melalui keterangan resmi, Minggu (12/11/2023).

Sebagaimana diketahui, inflasi IHK pada September 2023 tercatat sebesar 2,28% secara tahunan (year-on-year/yoy), lebih rendah dari inflasi IHK bulan sebelumnya sebesar 3,27% yoy. 

Perkembangan tersebut dipengaruhi oleh inflasi inti yang menurun menjadi 2,00% yoy dan inflasi kelompok administered prices yang juga lebih rendah menjadi 1,99% yoy. 

Di sisi lain, kelompok volatile food mencatat inflasi sebesar 3,62% yoy, meningkat dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya yang sebesar 2,42% yoy, sejalan dengan kenaikan harga beras dan daging sapi. 

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo sebelumnya menyampaikan bahwa Inflasi yang terjaga merupakan hasil nyata dari konsistensi kebijakan moneter serta eratnya sinergi pengendalian inflasi antara BI dan pemerintah, baik pusat maupun daerah, dalam TPIP dan TPID melalui penguatan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah. 

“Ke depan, Bank Indonesia terus mencermati sejumlah risiko yang dapat menimbulkan tekanan terhadap tetap terkendalinya inflasi, termasuk dampak kenaikan harga energi dan pangan global serta tekanan depresiasi nilai tukar rupiah terhadap imported inflation,” katanya.

Dalam hal ini, Perry mengatakan bahwa BI akan terus memperkuat bauran kebijakan moneter dan mempererat sinergi dengan pemerintah untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam kisaran 2%-4% pada 2023 dan 1,5%-3,5% pada 2024. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper