Bisnis.com, JAKARTA - Sebanyak 3.500 ton dari total 10.000 ton impor beras asal Kamboja tiba di Indonesia hari ini, Kamis (2/11/2023) untuk penguatan cadangan pangan pemerintah (CPP).
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi, menyampaikan, beras impor ini merupakan bagian dari CPP yang harus dimiliki Perum Bulog.
Apalagi, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah meminta untuk melanjutkan bantuan pangan beras ke masyarakat rentan dan menargetkan stok beras di Bulog minimal 1 juta ton pada akhir 2023.
“Hari ini adalah hari pertama stok beras dari Kamboja masuk ke Indonesia. Targetnya ada 10.000 ton dan hari ini telah datang 3.500 ton. Selanjutnya nanti kita akan bicara lagi dengan pihak Kamboja,” kata Arief dalam keterangan resmi, Kamis (2/11/2023).
Arief menuturkan, terdapat total 140 kontainer yang berisi 25 ton beras per kontainernya. Adapun, jumlah impor beras secara keseluruhan mencapai 3.500 ton dan sudah diambil sampel pengecekan oleh Badan Karantina Indonesia untuk memastikan aspek keamanan dan mutu pangannya.
Lebih lanjut, dia mengatakan, kedatangan stok beras dari luar negeri merupakan upaya yang telah dipertimbangkan secara seksama dan komprehensif. Arief memastikan penggunaannya hanya diperuntukan ke program-program pemerintah dalam rangka intervensi pasar dan bantuan ke masyarakat.
Baca Juga
Selain itu, dia menegaskan bahwa pemerintah tetap mengutamakan produksi beras dalam negeri. Namun, setelah Bapanas melihat dan mengkalkulasi neraca pangan tahun ini, Indonesia memerlukan pengadaan dari luar negeri untuk mengamankan stok nasional.
“Tapi pada saat memang kita memerlukan tambalan stok dari pengadaan dari luar negeri, ini kita lakukan,” ujarnya.
Beras asal Kamboja ini merupakan salah satu hasil pertemuan Jokowi dengan Perdana Menteri (PM) Kamboja, Hun Manet, pada 4 September 2023 yang saling bersepaham tentang ketahanan pangan.
Perlu diketahui, ini merupakan pertama kalinya Kamboja mengirimkan berasnya, setelah adanya nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) sejak 11 tahun lalu.
“11 tahun tidak ada yang bisa mengeksekusi MoU itu dan tidak satu butir pun beras masuk. Nyatanya ini bisa kita kerjakan dan akhirnya terjadi hari ini. Sekarang beras dari Kamboja ini bisa masuk dan berasnya sangat baik,” ungkapnya.