Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Miris! Bos Bulog Ungkap Hanya Provinsi Ini yang Bebas dari Beras Impor

Bulog mengungkapkan sebagian besar provinsi di Indonesia kini sudah dimasuki oleh beras impor.
Beras impor dari Vietnam sebanyak 5.000 ton tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat (16/12/2022) / BISNIS-Annasa Rizki Kamalina.
Beras impor dari Vietnam sebanyak 5.000 ton tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat (16/12/2022) / BISNIS-Annasa Rizki Kamalina.

Bisnis.com, JAKARTA - Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso, mengungkapkan, sebagian besar provinsi di Indonesia kini sudah dimasuki oleh beras impor, kecuali Nusa Tenggara Barat (NTB). 

Buwas menyampaikan, pemerintah perlu menjaga NTB dari gempuran beras impor yang kini sudah masuk di seluruh wilayah Indonesia, termasuk di Papua Pegunungan.

“Kemarin saya lihat NTB, saya bilang ke teman-teman Bulog di sana, dikoordinasikan betul, diawasi betul, dilihat betul. Kalau sampai NTB kemasukan beras impor, kita mau bangganya dari mana ini,” kata Buwas kepada awak media di Kantor Pusat Perum Bulog, Rabu (18/10/2023).

Selain Papua Pegunungan, Sulawesi Selatan, sebagai salah satu provinsi penghasil beras tertinggi di Indonesia juga telah dimasuki oleh beras impor sebanyak 70.000 ton.

“Artinya yang dulu Sulawesi Selatan tidak pernah [dimasuki beras impor], hari ini sejarah bahwa kemasukan beras impor,” ujarnya.

Adapun, pemicu masuknya beras impor ke Sulawesi Selatan lantaran produksi beras dari wilayah ini diserap oleh wilayah-wilayah defisit beras hingga memicu kekurangan beras di daerah tersebut.

Ditambah lagi, tidak ada pengaturan dari pemerintah daerah (pemda) untuk mengatur pembatasan stok beras dari daerah surplus ke daerah defisit.

“Sehingga bantuan pangan sama SPHP itu sudah pakai beras impor karena di sana [Sulawesi Selatan] nggak ada berasnya,” ungkap Buwas.

Melihat kondisi tersebut, Buwas mengimbau seluruh daerah untuk mulai mengatur stok beras yang ada di wilayahnya. Salah satunya, bisa mengikuti kebijakan di Lampung.

“Di Lampung sudah ada, salah satunya pengaturan bahwa tidak boleh gabah keluar dari Lampung. Harus berupa beras. Beras itu juga dibatasi, akan diatur ke mana nih beras, dengan jumlah berapa,” jelasnya.

Menurut survei Badan Pusat Statistik (BPS) produksi beras di 2023 turun sebesar 2,05 persen atau setara 650.000 ton akibat dampak El Nino. Penurunan produksi beras terjadi seiring dengan menurunnya produksi gabah dan luas panen pada 2023.

Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengungkapkan, luas produksi gabah sepanjang Januari-September 2023 sebanyak 45,33 juta ton gabah kering giling (GKG) turun sebanyak 0,11 juta ton atau 0,23 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Turunnya luas panen terjadi di hampir seluruh wilayah sentra produksi beras. Adapun, BPS memproyeksikan luas panen 2023 turun sebesar 0,26 juta hektare dibandingkan luas panen 2022. 

Amalia menyebut, wilayah penyumbang utama turunnya luas panen 2023 yaitu Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Jawa Tengah.

“Ketiga provinsi itu adalah lumbung padi nasional,” ujar Amalia.

Adapun pemicu utama turunnya luas panen padi akibat adanya El Nino yang menyebabkan gagal tanam dan gagal panen di banyak wilayah di Indonesia.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ni Luh Anggela
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper