Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Masih Tertekan, Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Lanjut Melamah Hingga Akhir 2023

Indeks Kepercayaan Industri (IKI) diproyeksi masih akan melanjutkan tren penurunan level, sebagaimana yang terjadi dalam tiga bulan terakhir.
Aktivitas karyawan di salah satu pabrik di Jakarta, Jumat (20/9/2019). Bisnis/Arief Hermawan P
Aktivitas karyawan di salah satu pabrik di Jakarta, Jumat (20/9/2019). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Kepercayaan Industri (IKI) diproyeksi masih akan melanjutkan tren penurunan level yang terjadi dalam tiga bulan terakhir.

IKI pada September 2023 tercatat melambat 0,71 poin menjadi 52,51 dari Agustus 2023 di angka 53,22. Penurunan level IKI juga terjadi pada Juli 2023 dengan indeks 53,51 yang turun 0,62 poin dari 53,93 pada Juni 2023. Meski melambat, angka IKI tersebut masih berada di posisi ekspansi. 

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Muhammad Faisal mengatakan tren IKI masih akan tertekan dalam beberapa bulan ke depan, terutama hingga akhir tahun ini yang dipicu sejumlah faktor. 

"Ini kita lihat dari banyak faktor, yaitu dari sisi permintaan, impor bahan baku/penolong dan barang modal, inflasi, dan depresiasi nilai tukar," kata Faisal kepada Bisnis, Senin (30/10/2023). 

Lemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) telah berdampak terhadap industri manufaktur yang memicu kenaikan biaya impor bahan baku dan logistik. 

Kondisi tersebut pun memengaruhi terhadap biaya produksi. Selain itu, industri tengah tertekan akibat pelemahan dari sisi permintaan di hilir yang membuat optimisme industri untuk berekspansi semakin tertekan. 

Terlebih, hal ini juga diikuti oleh kenaikan suku bunga pinjaman perbankan bagi sektor manufaktur. Bank Indonesia telah menaikkan suku bunga acuan di level 6% dari angka 5,75% yang bertahan sejak Januari 2023. 

Dari sisi nilai impor bahan baku/penolong terus mengalami penurunan yang tercatat turun 4,68% secara bulanan menjadi US$12,69 miliar pada September 2023. 

Adapun, tren penurunan nilai impor bahan baku/penolong juga terjadi pada Agustus 2023 yang turun 4,13% menjadi US$13,34 miliar. Secara tahunan nilai impor juga merosot tajam dari US$14,90 miliar. 

Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menyampaikan tekanan ganda dirasakan oleh industri berorientasi ekspor, mulai dari depresiasi hingga inflasi di negara pangsa ekspor tradisional seperti Erop dan AS yang sulit diprediksi. 

Dengan sejumlah sentimen tersebut, maka dia menilai tren penurunan kepercayaan industri untuk berekspansi masih akan terjadi, kecuali pemerintah mampu mendorong subtitusi impor ke bahan baku lokal dan optimalisasi pengadaan barang dan jasa pemerintah menggunakan produk dalam negeri. 

"Eropa dan AS cenderung melemah permintaan ekspornya dan juga mitra dagang Indoensia di Asia yaitu China juga sedang mengalami pertumbuhan ekonomi yang lambat," tuturnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper