Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indeks Kepercayaan Industri (IKI) September Turun, Ini Biang Keroknya

Kemenperin menyebut penurunan Indeks Kepercayaan Industri (IKI) telah terjadi selama 3 bulan berturut-turut. Apa penyebabnya?
Pekerja menyelesaikan pembuatan komponen otomotif di pabrik PT Dharma Polimetal Tbk. (DRMA) di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (20/9/2022). Bisnis/Suselo Jati
Pekerja menyelesaikan pembuatan komponen otomotif di pabrik PT Dharma Polimetal Tbk. (DRMA) di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (20/9/2022). Bisnis/Suselo Jati

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melaporkan perlambatan Indeks Kepercayaan Industri (IKI) pada September 2023 sebesar 0,71 poin menjadi 52,51 dari Agustus 2023 di angka 53,22.

Juru Bicara Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Febri Hendri Antoni Arif, mengatakan penurunan indeks tersebut telah terjadi selama 3 bulan berturut-turut yang disebabkan perlambatan ekonomi China.

"Indeks Kepercayaan Industri (IKI) September 2023 mencapai 52,51, tetap ekspansi meskipun melambat 0,71 poin dibandingkan Agustus 2023," kata Febri dalam agenda Rilis IKI September, Jumat (29/9/2023).

Dia menerangkan bahwa krisis sektor properti di China menjadi sumber utama perlambatan ekonomi dunia, termasuk Indonesia. Nilai ekspor Indonesia ke China pada Agustus lalu pun turun 6,71 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Kondisi tersebut menunjukkan penurunan permintaaan dunia, sedangkan kondisi inflasi mereda karena harga komoditas mengalami penurunan. Hal ini menjadi preferensi konsumen di dunia untuk menahan konsumsi meningkat.

"Meskipun demikian, ekonomi Indonesia masih terjaga. Indeks Kepercayaan Industri bulan September masih menunjukkan nilai ekspansi," ujarnya.

Di samping itu, Febri menjelaskan bahwa penurunan nilai indeks September 2023 ini juga dipicu oleh peningkatan stok produk pada seluruh subsektor manufaktur. Artinya, produksi pada September ini belum terserap pasar domestik maupun ekspor dengan optimal.

Kendati terjadi pelemahan, dia menuturkan, pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) berpotensi menjadi penggerak ekonomi, khususnya industri manufaktur, seperti industri semen. 

"Diperkirakan pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) memberikan kontribusi terhadap penjualan semen secara nasional sekitar 800.000 hingga 1 juta ton per tahun," tuturnya. 

Lebih lanjut, Febri menjelaskan banyaknya barang impor yang beredar di dalam negeri menyumbang penurunan IKI dalam 3 bulan ini. Sektor yang indeksnya terkontraksi yakni, industri tekstil dan produk tekstil (TPT) dan industri keramik.

Namun, secara umum, 44,8 persen pelaku usaha menyatakan kondisi usahanya bulan ini tetap atau stabil. Adapun, 17 subsektor industri masih berekspansi dengan kontribusi 88,2 persen pada share PDB industri pengolahan nonmigas triwulan II/2023.

Subsektor industri logam dasar mengalami kenaikan nilai IKI dan berubah dari kontraksi menjadi ekspansi pada bulan ini. Pemenuhan permintaan untuk pembangunan IKN diduga telah mendorong kinerja industri logam dasar.

"Pada September ini, terdapat enam subsektor dengan nilai IKI mengalami kontraksi dan memiliki kontribusi 11,8 persen pada share PDB industri pengolahan nonmigas triwulan II tahun 2023," jelasnya.

Lebih rinci, subsektor yang mengalami kontraksi pada September 2023 adalah industri tekstil, industri pakaian jadi, industri kayu, barang kayu dan gabus, industri barang galian bukan logam, industri furnitur dan industri pengolahan lainnya.

Untuk industri barang galian bukan logam kontraksi tersebut disebabkan oleh penurunan produksi industri kaca dan keramik, sedangkan untuk industri semen dilaporkan mengalami peningkatan produksi.

Walaupun masih ekspansi dan sebagian besar pelaku usaha masih optimis terhadap kondisi enam bulan ke depan, tingkat pesimisme pelaku usaha cukup menghawatirkan pada September 2023.

Pelaku usaha yang menyatakan pesimis bertambah 2,4 persen yaitu sebesar 11,6 persen. Hal ini disebabkan ketidakpastian di pasar global. Selain itu adanya kenaikan harga energi juga meningkatkan tingkat pesimisme pelaku usaha.

Dilihat dari variabel pembentuknya, variabel pesanan baru, dan produksi mengalami ekspansi. Meskipun jika dilihat data impor bahan baku/penolong pada bulan Agustus mengalami penurunan 4,13 persen dibanding bulan sebelumnya.

"Serta impor barang modal turun 4,55 persen. Sebaliknya variabel Persediaan Produk mengalami kontraksi. Terjadi penurunan nilai indeks pada variabel Persediaan Produk dari 51,85 menjadi 47,40 (turun 4,45 poin)," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper