Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (Zulhas) menyatakan hilirisasi industri menjadi aspek yang dibutuhkan negara berkembang untuk melakukan lompatan ekonomi.
Hilirisasi juga dianggap sebagai jurus untuk rantai pasok global yang lebih resilien.
"Jalan menuju resiliensi terletak pada desentralisasi dan diversifikasi rantai pasok global. Di saat yang sama, hilirisasi mendorong diversifikasi sistem rantai pasok global," ujar Zulhas dalam Outreach Session Pertemuan Para Menteri Perdagangan G7 di Osaka, dikutip Minggu (29/10/2023).
Dalam tiga tahun belakangan, kata Zulhas, terhambatnya dan kekurangannya pasokan telah menunjukkan kerentanan dalam sistem pengelolaan rantai pasok. Apalagi kondisi saat ini diiringi dengan masifnya konflik geopolitik yang meningkatkan fenomena fragmentasi perdagangan dan tindakan unilateralisme.
"Saya yakin bahwa membiarkan fragmentasi perdagangan menjadi kebijakan yang lebih luas akan menyebabkan kemunduran perdagangan yang merugikan dan tidak efektif," tuturnya.
Oleh karena itu, Zulhas menegaskan kepada negara G7 bahwa membangun rantai pasok adalah upaya yang inklusif. Keterlibatan sektor publik dan swasta, serta organisasi internasional dalam inovasi maupun kolaborasi menjadi kunci.
Baca Juga
Sektor swasta dianggap perlu aktif memanfaatkan berbagai peluang untuk tumbuh dengan menjalin kemitraan yang kuat dengan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
Kolaborasi berbagai pihak diperlukan dalam memobilisasi sumber daya, jaringan, teknologi dan keahlian untuk membangun lingkungan dan kebijakan perdagangan yang suportif.
"Saya yakin, kita membutuhkan dukungan yang kuat dari sektor swasta untuk memitigasi risiko dan akibat fragmentasi rantai pasok global," ucapnya.
Lebih lanjut, Zulhas menyebut agar perspektif kerja sama kelompok negara "Global North" (utara) dan "Global South" (selatan) perlu didefinisikan lagi berdasarkan kemitraan yang saling menguntungkan, tanpa diskriminasi dan tanpa standar ganda.
"Kelompok negara Global North dan Global South dapat bekerja sama secara konstruktif dalam upaya ini," kata Zulhas.
Sebagai informasi, tahun ini Jepang sebagai Presidensi G7 juga turut mengundang sektor bisnis dan perusahaan terkemuka dunia seperti Keidanren, Suzuki, Canpotex, Siemens Energy, JOGMEC, Rio Tinto dan Coherent. Ini adalah keikutsertaan pertama kali Indonesia pada gelaran G7. Adapun negara anggota G7 antara lain Amerika Serikat, Italia, Inggris, Perancis, Jepang, Kanada dan Jerman.