Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bos BI Ingatkan Suku Bunga The Fed Bakal Tetap Tinggi, Awas Asing Kabur!

Gubernur BI Perry Warjiyo mengataka suku bunga The Fed atau global akan tetap tinggi kedepannya. Waspada modal asing keluar dari RI.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 23-25 Agustus 2023./ Dok Youtube Bank Indonesia.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 23-25 Agustus 2023./ Dok Youtube Bank Indonesia.

Bisnis.com, JAKARTA – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memperkirakan suku bunga kebijakan moneter di negara maju, termasuk suku bunga The Fed Federal Funds Rate (FFR) akan tetap bertahan tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama atau higher for longer.

Kenaikan suku bunga global ini menurutnya akan diikuti dengan kenaikan yield obligasi pemerintah negara maju pada tenor jangka panjang, khususnya AS (US Treasury). Kondisi ini akibat dari peningkatan kebutuhan pembiayaan utang pemerintah dan kenaikan premi risiko jangka panjang (term-premia).

“Tempo hari FFR menaikkan yield [US Treasury] jangka pendek, belum jangka panjang. Sekarang suku bunga jangka panjang mulai bergerak naik. Kenapa demikian? Karena kebutuhan pembiayaan utang negara-negara maju,” jelasnya dalam konferensi pers RDG BI, Kamis (19/10/2023). 

Implikasinya, Perry mengatakan aliran modal asing ke negara berkembang yang sebelumnya mulai stabil kembali tertekan akibat dari sentimen risk off. Di dalam negeri, BI mencatat terjadi aliran modal keluar dalam bentuk investasi portofolio sebesar US$2,1 miliar pada kuartal III/2023.

Tekanan terhadap aliran modal asing pun terus berlanjut pada kuartal IV/2023, yang mana hingga 17 Oktober 2023 mencatat net outflows sebesar US$0,4 miliar. 

Sejalan dengan itu, nilai tukar rupiah terdepresiasi sebesar 1,03% secara year-to-date (ytd), sebagai imbas dari penguatan dolar AS sehingga menyebabkan pelemahan berbagai mata uang negara lain, termasuk rupiah.

“Sangat kuatnya dolar AS ini memberikan tekanan depresiasi mata uang hampir seluruh mata uang dunia,” kata Perry.

Pelemahan juga terjadi pada yen Jepang, dolar Australia, dan euro yang melemah masing-masing 12,44%, 6,61% dan 1,40% ytd, serta depresiasi mata uang kawasan, seperti  ringgit Malaysia, baht Thailand, dan peso Filipina masing-masing 7,23%, 4,64% dan 1,73% ytd. 

Pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan ini, BI memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan (BI 7-Day Reverse Repo Rate/BI7DRR) sebesar 25 basis poin menjadi 6,00%. 

Kenaikan ini, kata Perry, untuk memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah dari dampak tingginya ketidakpastian global, serta sebagai langkah preemptive dan forward looking untuk memitigasi dampaknya terhadap inflasi barang impor.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper