Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Impor Bawang Putih Bakal Dibatasi, Ini Alasannya

Kementan bakal membatasi penerbitan rekomendasi impor produk hortikultura bawang putih.
Bawang putih./JIBI
Bawang putih./JIBI

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) bakal membatasi penerbitan rekomendasi impor produk hortikultura (RIPH) bawang putih mulai tahun depan.

Plt. Menteri Pertanian, Arief Prasetyo Adi mengatakan penerbitan RIPH bawang putih pada 2024 maksimal hanya 650.000 ton. Menurutnya penerbitan RIPH dilakukan berdasarkan kebutuhan pemenuhan stok dan dirancang agar tidak kelebihan pasokan.

"itu [650.000 ton] udah paling banyak," ujar Arief saat di Kantor Ombudsman, Selasa (17/10/2023).

Arief membeberkan, sebenarnya ada 500 importir yang mendaftar untuk mendapatkan RIPH. Namun, saat ini hanya 140 perusahaan importir yang dipilih masuk dalam daftar penerima RIPH di Kementan.

Arief yang juga menjabat sebagai Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) ini pun menegaskan bakal mempublikasi daftar perusahaan penerima RIPH bawang putih. Dengan begitu, Arief berharap masyarakat tidak menaruh kecurigaan terhadap Kementan ihwal penerbitan rekomendasi impor.

"Saya akan coba buat transparan. Jadi nanti kita buat saja secara digital biar setiap orang bisa lihat. RIPH akan demikian," tutur Arief.

Seluruh importir tersebut, kata Arief sudah melakukan syarat wajib tanam bawang putih untuk menerima RIPH. Kementan bakal memberikan jumlah RIPH yang berbeda kepada 140 perusahaan importir tersebut. Semakin banyak importir yang melakukan penanaman akan mendapatkan kuantitas RIPH yang lebih banyak sebagai bentuk apresiasi.

"Supaya lebih fair," ucap Arief.

Adapun Kementan tahun ini sudah terlanjur menerbitkan RIPH sebanyak 1 juta ton. Menurut Arief, kebutuhan impor sebenarnya hanya sekitar 600.000 - 650.000 ton. Oleh karena itu, dia meminta Kemendag membatasi importasi agar tidak kelebihan pasokan.

"Katanya mau bangun pertanian Indonesia, dibatasi dong impornya," kata Arief. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Rachmawati
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper