Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menghitung Mundur Kenaikan Harga BBM, Imbas Israel Versus Palestina

Konflik Israel-Palestina berpotensi mengerek harga BBM, Indonesia pun mengantisipasi mencari sumber impor minyak mentah di luar Timur Tengah.
Ilustrasi. Tanki penimbunan minyak./Bloomberg
Ilustrasi. Tanki penimbunan minyak./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA- Perang antara Israel dan Palestina yang diwakili Hamas bisa memicu gangguan rantai pasok minyak dunia. Hal ini bakal berimbas terhadap Indonesia sebagai net importir, sehingga berpotensi mengerek harga Bahan Bakar Minyak (BBM).

Sinyal itupun telah disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Pada pekan lalu, Jokowi mengingatkan perang di Timur Tengah bisa mengancam sektor energi.

“Jangan dipikir perang seperti itu tidak mempengaruhi kita, sangat mempengaruhi. Harga pangan itu menjadi naik gara-gara perang di Ukraina, ini nanti harga energi bisa naik karena perang Palestina-Israel, harga energi itu artinya bensin, pertamax, pertalite,” ujar Jokowi saat Rakernas VI Projo di Jakarta, Sabtu (14/10/2023).

Di sisi lain, harga minyak dunia memang terpantau melemah pada perdagangan Senin (16/10) di tengah ketegangan konflik Israel-Palestina. Sedangkan, Amerika Serikat (AS) yang berupaya mencegah krisis dari peperangan tersebut.

Pada perdagangan Senin (16/10/2023) pukul 15.40 WIB, harga minyak WTI kontrak November 2023 urun 0,6% atau 0,53 poin menjadi US$87,16 per barel. Harga minyak Brent kontrak Desember 2023 terkoreksi 0,78% atau 0,71 poin ke US$90,18 per barel.

Mengutip Bloomberg, Senin (16/10) minyak diperdagangkan dalam kisaran sempit, sementara Israel juga belum meluncurkan serangan darat ke Jalur Gaza. Negeri Paman Sam juga diketahui meningkatkan upaya untuk mencegah krisis ini. 

Harga minyak brent diperdagangkan mendekati US$91 per barel, setelah melonjak hampir 6 persen pada Jumat (13/10) untuk membatasi kenaikan mingguan yang besar.

Merespon perkembangan tersebut, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah menjajaki peluang impor bahan bakar minyak (BBM) dan minyak mentah (crude).

Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Tutuka Ariadji mengatakan, penjajakan itu dilakukan untuk mengantisipasi tensi geopolitik yang makin memanas di Kawasan Timur Tengah sepekan terakhir. 

“Tentu berdampak ke harga minyak, kalau Iran sudah masuk, Arab Saudi sudah masuk ya berdampak bisa besar tapi sekarang ya masih tidak tahu larinya ke mana,” kata Tutuka saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (16/10/2023). 

Saat ini, kata Tutuka, Indonesia mayoritas mengimpor minyak dari Arab Saudi dan Nigeria. Dia mengkhawatirkan pasokan minyak mentah dan BBM bisa terganggu jika negara-negara sekutu penghasil minyak besar itu ikut terlibat pada perang tersebut.

Dengan demikian, dia mengatakan, manuver pemerintah untuk menjajaki peluang impor dari sejumlah negara menjadi krusial saat ini untuk mengantisipasi dampak pasokan dan harga minyak hingga akhir tahun mendatang.  “Intinya kita terbuka untuk mencari sumber minyak dari mana saja, sekarang kan kita impor minyak paling besar dari Arab Saudi dan Nigeria,” kata dia. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Kahfi
Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper