Bisnis.com, JAKARTA - Wakil Menteri (Wamen) Badan Usaha Milik Negara (BUMN) II Kartika Wirjoatmodjo menjelaskan soal progres negosiasi utang Kereta Cepat Jakarta Bandung atau yang kini disebut WHOOSH.
Dia menjelaskan proses negosiasi akhir besaran bunga pinjaman untuk biaya bengkak atau cost overrun proyek kereta cepat masih terus berjalan. Pihak Indonesia dan China disebut bakal menyepakati besaran bunga pada pekan depan.
"Minggu depan harusnya diberesin sekalian kami mau inagurasi yang pas BRI [Belt and Road Initiative] di China, sekalian," kata Tiko, Senin (9/10/2023).
Penandatanganan terkait kesepakatan tersebut, kata Tiko, rencananya dilakukan berbarengan dengan peresmian secara hybrid antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Presiden China Xi Jinping.
Sebelumnya, Tiko menjelaskan, saat ini Indonesia telah berhasil menegosiasikan besaran bunga pinjaman Kereta Cepat hingga di bawah 4 persen.
“Final term sheet lagi mau kita keluarkan karena tergantung dari penjaminan. Minggu ini harusnya keluar, tetapi bunganya sekitar 3,6 persen sampai 3,7 persen," jelas Tiko saat ditemui di Jakarta pada Selasa (3/10/2023).
Baca Juga
Berdasarkan catatan Bisnis.com, Senin (2/10/2023), megaproyek transportasi tersebut awalnya direncanakan menelan biaya sebesar US$6,07 miliar atau sekitar Rp94,1 triliun (kurs Rp15.514). Adapun, Indonesia mendapatkan pinjaman dari China Development Bank (CBD) untuk proyek tersebut sekitar 75 persen atau sekitar Rp70,5 triliun.
Kendati demikian, dalam perjalanannya proyek ambisius tersebut ternyata mengalami pembengkakan biaya (cost overrun) sebesar US$1,2 miliar atau sekitar Rp18,6 triliun.
Beban cost overrun itu dibagi dua antara China dan Indonesia. Adapun, pihak Indonesia harus membayar sekitar US$720 juta atau setara dengan Rp11,1 triliun.
Lagi-lagi pihak CBD memberikan pinjaman dana bagi Indonesia untuk membayar cost overrun tersebut sebesar US$550 juta atau sekitar Rp8,5 triliun dengan bunga dan tenor 30 tahun. Secara total utang Indonesia dalam proyek Kereta Cepat mencapai Rp79 triliun.