Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Alasan Mengapa Ketegangan AS-China Pengaruhi Pasar Global

Ketegangan AS dan China semakin berdampak terhadap pasar dan ekonomi global karena kedua belah pihak saling mengurangi ketergantungan satu sama lain.
Bendera Amerika Serikat dan China dipasang sebelum pertemuan antara Menteri Keuangan AS Janet Yellen dan Wakil Perdana Menteri Tiongkok He Lifeng di Wisma Negara Diaoyutai di Beijing, Tiongkok, Sabtu, 8 Juli 2023./Reuters
Bendera Amerika Serikat dan China dipasang sebelum pertemuan antara Menteri Keuangan AS Janet Yellen dan Wakil Perdana Menteri Tiongkok He Lifeng di Wisma Negara Diaoyutai di Beijing, Tiongkok, Sabtu, 8 Juli 2023./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA -  Ketegangan antara China dan Amerika Serikat (AS) semakin meningkat. Hal ini mulai dari tarif perdagangan yang saling berbalas, adanya persaingan di bidang teknologi, hingga tuduhan yang dilontarkan mengenai penyadapan. 

Mengutip Reuters, Senin (2/10/2023), ketegangan dua negara ini memberikan dampak bagi pasar global yang sangat signifikan, lantaran kedua belah pihak berusaha untuk mengurangi ketergantungannya dengan satu sama lain, yang sudah terjalin dalam rantai pasokan yang ‘mapan’.

Hal ini lah kemudian menjadi faktor inflasi dan tingkat suku bunga tetap tinggi. Namun, negara-negara berkembang dan raksasa teknologi juga memperoleh keuntungan dalam pertarungan ini. 

Diketahui bahwa Presiden AS Joe Biden memiliki tekad untuk mengembalikan produksi dalam sektor-sektor strategis seperti kendaraan listrik dan semikonduktor ke dalam negeri. 

Berdasarkan penelitian Goldman Sachs, ditemukan bahwa dengan mengembalikan produksi ke dalam negeri memiliki dampak inflasi, terutama jika produksi manufaktur di Barat tidak meningkat dengan cepat, untuk mengimbangi penurunan impor. 

"Kita membangun dunia yang terglobalisasi dengan alasan, itu efisien dan murah," jelas chief investment strategist untuk EMEA dan APAC di Northern Trust, Wouter Sturkenboom.

Kemudian, penguatan dolar AS dapat mengekspor inflasi ke negara-negara pengimpor sumber daya di Eropa, dengan memaksa mereka untuk membayar lebih banyak untuk komoditas yang dihargai dalam dolar. 

Berikutnya, Negeri Paman Sam ini juga mendorong “friendshoring” yakni gagasan untuk menggantikan peran China dalam rantai pasokan dengan negara-negara sahabat. 

Contohnya, penelitian yang dipimpin oleh Laura Alfaro dari Harvard Business School mengidentifikasi Vietnam dan Meksiko sebagai penerima manfaat utama dari pergeseran rantai pasokan AS sejauh ini. 

Mongolia juga diketahui sedang mencari investasi AS dalam penambangan logam tanah jarang (LTJ), yakni material untuk produk-produk teknologi seperti smartphone. Filipina juga sedang mencari investasi infrastruktur AS. 

Kepala geopolitik di Amundi Investment Institute, Anna Rosenberg juga menuturkan bahwa ketegangan China-AS memberikan lensa baru untuk menganalisis prospek pertumbuhan negara-negara berkembang. 

Di lain sisi, India juga dipandang sebagai negara yang paling mampu untuk bersaing dengan China dalam manufaktur berbiaya rendah dan berskala besar. Dengan populasi kaum muda yang besar dan kelas menengah yang terus berkembang, maka dapat menciptakan peluang bagi perusahaan multinasional yang bisnisnya mengalami penurunan di China. 

Pada tahun ini, saham India telah menguat sebesar 8 persen. Prospek arus investor ke pasar obligasi juga mendapat dorongan dari rencana JPMorgan untuk memasukan India dalam indeks obligasi pemerintah utama tahun depan. 

Bank sentral India juga memperkirakan perekonomian akan tumbuh 6,5 persen pada tahun fiskal ini. Sementara itu, China diproyeksikan tumbuh sekitar 5 persen pada 2023.

“India adalah peluang yang sangat besar,” jelas  kepala investasi di manajer aset J. Stern, Christopher Rossbach.

Barclays juga menuturkan bahwa jika India meningkatkan pertumbuhan ekonomi tahunan mendekati 8 persen selama lima tahun kedepan, maka India bisa berada dalam posisi menjadi kontributor terbesar terhadap pertumbuhan global. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Halaman
  1. 1
  2. 2
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper