Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Dunia Pangkas Proyeksi Ekonomi Asia Timur dan Pasifik, Efek dari China

Bank Dunia atau World Bank menuturkan bahwa ekonomi berkembang di Asia Timur dan Pasifik diprediksi akan mengalami pertumbuhan yang lambat pada 2023 dan 2024.
Pejalan kaki melintasi toko-toko di Guangzhou, China, Jumat, (11/8/ 2023). Bloomberg/qilai Shen
Pejalan kaki melintasi toko-toko di Guangzhou, China, Jumat, (11/8/ 2023). Bloomberg/qilai Shen

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Dunia atau World Bank meramal bahwa ekonomi berkembang di Asia Timur dan Pasifik diprediksi akan mengalami pertumbuhan yang lambat pada 2023 dan 2024 sebagai imbas dari perlambatan ekonomi di China. 

Dalam prospek ekonomi tengah tahunan wilayah Asia Timur dan Pasifik edisi Oktober 2023, World Bank menuturkan bahwa Pertumbuhan Domestik Bruto (PDB) kawasan tersebut diproyeksikan mencapai 5 persen pada 2023 dan 4,5 persen pada 2024. 

Mengutip Bloomberg, Senin (2/10/23) prospek tersebut telah diturunkan dari perkiraan pada April 2023 dengan proyeksi PDB sebesar 5,1 persen untuk 2023 dan 4,8 persen untuk tahun depan. 

Kemudian, dijelaskan dalam laporan East Asia and Pacific October 2023 Economic Update bahwa perekonomian China juga berdampak pada seluruh kawasan.

Penurunan 1 persen dalam pertumbuhan China terkait dengan penurunan pertumbuhan regional sebesar 0,3 poin persentase. 

Pertumbuhan China pada 2023 diproyeksikan mencapai sebesar 5,1 persen, sementara pertumbuhan wilayah jika tidak termasuk China maka diproyeksikan mencapai 4,6 persen.

Pertumbuhan di antara Negara-Negara Kepulauan Pasifik diperkirakan akan mencapai 5,2 persen.

World Bank juga menuturkan bahwa wilayah Asia Timur dan Pasifik seharusnya melihat pertumbuhan yang sedikit lebih cepat pada 2024 jika tidak termasuk China, karena ekonomi global yang membaik dan permintaan luar negeri untuk barang-manufaktur dan komoditas wilayah tersebut yang meningkat. 

Ketegangan geopolitik yang meningkat dan kemungkinan terjadinya bencana alam termasuk peristiwa cuaca ekstrem, dapat menjadi risiko tambahan dan merugikan prospek perekonomian di kawasan. 

Meskipun begitu, laporan tersebut mengatakan bahwa proyeksi tersebut masih lebih cepat jika dibandingkan dengan kecepatan pertumbuhan yang terlihat di pasar-pasar berkembang lainnya. 

"Dalam jangka menengah, untuk menjaga pertumbuhan yang tinggi memerlukan reformasi untuk menjaga daya saing industri, mendiversifikasi mitra perdagangan, dan menggali potensi peningkatan produktivitas dan penciptaan lapangan kerja dalam sektor jasa,” jelas Wakil Presiden World Bank untuk Asia Timur dan Pasifik Manuela V. Ferro dikutip dari keterangan resmi, Senin (2/10/2023). 

World Bank juga menuturkan bahwa sektor jasa dapat memainkan peran yang besar dalam mendorong pembangunan di wilayah, yang dikenal dengan pertumbuhan yang didorong oleh sektor manufaktur. 

Kemudian, difusi teknologi digital dan reformasi layanan juga dapat meningkatkan kinerja perekonomian. Kombinasi antara reformasi layanan dan digitalisasi tidak hanya menciptakan peluang-peluang baru, namun juga meningkatkan kapasitas masyarakat untuk memanfaatkan peluang-peluang tersebut. 

“Reformasi jasa dan digitalisasi dapat menghasilkan siklus yang baik dalam meningkatkan peluang ekonomi dan meningkatkan kapasitas manusia, sehingga mendorong perkembangan di kawasan ini,” jelas Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik, Aaditya Mattoo.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper