Bisnis.com, JAKARTA - Wakil Perdana Menteri China He Lifeng setelah pertemuan di Frankfurt mengungkapkan bahwa China dan Jerman berkomitmen untuk menjaga keterhubungan ekonomi global.
He sendiri menuturkan bahwa kerjasama dapat membantu perkembangan kedua negara dan penguatan hubungan ekonomi yang mengarahkan pada situasi yang saling menguntungkan.
“[Kedua negara ingin] mempertahankan rantai pasok global dan menempatkan diri mereka melawan pemisahan,” tambahnya, seperti dikutip dari Bloomberg pada Senin (2/10/23).
Diketahui bahwa He berbicara dengan Menteri Keuangan Jerman Christian Lindner di sela-sela Dialog Keuangan Tingkat Tinggi China-Jerman yang ketiga.
Lindner mengatakan bahwa kedua negara berkomitmen pada ekonomi dunia yang terbuka dan multilateralisme, melalui Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Dana Moneter Internasional (IMF), Bank Dunia, Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan G20.
Menteri Keuangan Jerman mengatakan bahwa hal tersebut termasuk dalam Kerangka Kerja Umum G20 untuk penanganan utang. Dia juga menambahkan bahwa China dan Jerman mendukung penggunaan instrumen tersebut untuk memberikan bantuan kepada negara-negara yang memiliki utang yang berlebihan.
Baca Juga
"Tanpa China, sebagai pemain penting dalam politik global, solusi-solusi tidak mungkin dicapai," ujar Lindner.
Pembicaraan tertutup tersebut pada hari Minggu (1/10/2023) mencakup mengenai perkembangan makroekonomi global, utang internasional dan pertanyaan-pertanyaan mengenai regulasi dan akses pasar untuk lembaga keuangan.
Pembicaraan ini sendiri terjadi beberapa minggu setelah Uni Eropa (UE) meluncurkan investigasi anti-subsidi terhadap kendaraan listrik China. Situasi mengenai kendaraan listrik juga tidak disinggung oleh kedua pejabat tersebut.
Kanselir Jerman Olaf Scholz pada hari Kamis (28/9/2023) juga meredakan kekhawatiran akan potensi perang dagang yang dipicu oleh penyelidikan UE dan menyerukan persaingan yang adil bagi seluruh pihak dalam pasar global.
Sebagai catatan, Jerman berpotensi menjadi negara yang paling terdampak di UE jika terjadi perselisihan tarif di China. Jika tarif diberlakukan, respon paling kuat dari China adalah membatasi akses ke pasarnya yang luas.
Jika China membatasi akses pasarnya, hal ini akan memukul produsen mobil Jerman, termasuk Volkswagen AG dan BMW AG, karena keduanya secara kolektif menjual 4,6 juta mobil di China pada 2022.