Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BPS: Luas Panen dan Produksi Padi Menyusut, Ini Penyebabnya

BPS mencatat adanya risiko penurunan luas panen dan produksi padi hingga akhir 2023.
Petani beraktivitas di lahan persawahan di kawasan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Banten, Senin (17/1/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Petani beraktivitas di lahan persawahan di kawasan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Banten, Senin (17/1/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat adanya risiko penurunan luas panen dan produksi padi di akhir 2023 hingga berdampak pada defisit neraca beras bulanan.

Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan luas panen padi nasional akan terus menurun hingga akhir tahun. Adapun berdasarkan kerangka sampel area (KSA), luas panen padi pada September 2023 hanya 790.000 hektare, Oktober 730.000 hektare, dan November 530.000 hektare.

Begitupun dengan produksi padi, kata Amalia, pada periode tersebut juga akan mengalami tren penurunan. Pada September 2023, produksi padi sebanyak 4,07 juta ton gabah kering giling (GKG), Oktober 2023 sebanyak 3,82 juta ton GKG, dan November 2023 sebanyak 2,88 juta ton GKG.

"Memang ini seperti siklus tahunan di akhir tahun selalu kita mengalami defisit produksi beras. Sementara kebutuhan konsumsi beras rata-rata per bulan sekitar 2,55 juta ton," ujar Amalia dalam rapat koordinasi pengendalian inflasi, Senin (25/9/2023).

Bahkan, BPS juga memperkirakan bahwa penurunan luas panen dan produksi terjadi di provinsi yang menjadi sentra produksi nasional. Mulai dari Sulawesi Selatan, Jawa Barat, Jawa Timur, Lampung dan Jawa Tengah. Mayoritas wilayah sentra tersebut mengalami penyusutan luas panen padi pada September-November 2023 dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya.

Amalia mengatakan, dampak iklim yang kering menjadi salah satu pemicu penyusutan luas panen dan produksi padi nasional tahun ini.

"Ini datanya dari KSA, setiap bulan kami melakukan amatan perkembangan padi," katanya.

Sebelumnya, berdasarkan catatan Bisnis.com, Jumat (8/9/2023), Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan agar  tidak terlalu percaya diri ihwal produksi beras di akhir tahun. Syahrul menyebut panen padi di akhir tahun atau musim gadu hanya bisa mencapai 40-50 persen dari panen di musim hujan.

Oleh sebab itu, Kementerian Pertanian pun memproyeksi adanya risiko kehilangan produksi padi akibat El Nino ekstrem sekitar 380.000 - 1,2 juta ton. Kendati demikian, Syahrul mengklaim pihaknya telah menyiapkan antisipasi menghadapi risiko tersebut dengan penanaman 500.000 hektare padi. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dwi Rachmawati
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper